18.0 | Sandi Mouse

68 42 376
                                    

Original pict: mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Original pict: mine

•••

Tanpa mengatakan apapun, Imah menyodorkan sebuah brosur pada gadis yang sibuk mengutak-atik kamera barunya.

"Gak tertarik," sahut gadis itu lalu kembali sibuk.

"Ya emang bukan buat kamu."

"Terus?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan. Satu detik kemudian ia menyadari. "AH! Kamu mau ikut kursus menjahit ini, Mah?"

Imah mengangguk. "Tapi ... kamu tau sendiri, Cah, Bunda pasti larang."

"Iya juga. Eh, ini biayanya dari mana? Please, Mah. Kamu gak akan mencuri, kan. Itu gak boleh! Haram! Dosa!" seru Icah heboh. Tanpa ba-bi-bu Imah  memukul kepala Icah.

"Gratis. Kata Kak Hadza gratis."

"Masa sih? Kok gratis? Jangan-jangan ... ini penipuan!"

Imah menjitak kepala Icah, lagi. "Heh! Suudzon mulu!"

"Aww!" rintih Icah. "Ya, makanya ceritain yang lengkap, detail dan rinci."

"Tadi siang, Kak Hadza tawarin ini dan karena dia kenal sama pemilik kursusnya, kalau aku mau ikut, gak perlu bayar," jelas Imah.

Icah tersenyum kecut menatap nanar kameranya. Ah, pantas saja.

"Kesempatan gak datang dua kali, kan? Lakukan ... apa yang hatimu katakan," timpal Icah serius.

"Bunda ... gimana?"

"Kalau Allah setuju dengan jalan yang kamu pilih, pasti dikasih kemudahan." Icah tersenyum penuh arti. Sebagai seseorang yang masih belum menemukan cita-cita, ia sangat mendukung pergerakan Imah dalam mencapai cita-citanya.

Mendengar itu, Imah tersenyum mantap.

"Halo adek-adek, abang ...." Sebuah suara milik lelaki 20 tahun itu memutus percakapan Imah dan Icah. "Jawabannya ketemu, nih!"

"SERIUS, BANG?!"

Andrew tersenyum hangat. Pagi-pagi sekali Andrew sudah pulang, rupanya ia kembali di malam hari khusus untuk Imah dan Icah.

"Awas! Awas!" Andrew merebahkan tubuh di atas kasur Icah. Hari ini sangat melelahkan baginya.

"Ih! Bang! Kasurnya baru diberesin! Jadi berantakan lagi, kan! TURUN!!" marah Icah. Belum lagi setelah mendekat, Icah mencium bau keringat dari tubuh Andrew. Tanpa berkata-kata lagi, Icah menimbuk kepala Andrew dengan bantal berkali-kali.

"Oke, Abang pulang aja kalau gitu."

"JANGAN!" larang Imah dan Icah berbarengan.

Andrew terkekeh, ia duduk di lantai diikuti Imah dan Icah. Kantung mata yang terlihat jelas tak melunturkan kehangatan yang tercurah.

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang