23.5 | Aku Takut

40 27 217
                                    

Bulir-bulir air itu terus membasahi tanah kala bumi tertidur. Sayup-sayup memanggil penghuni bumi yang terjaga. Seorang gadis berjilbab keluar dari kamar menuju balkon. Ia ingin lebih dekat dengan hujan. Mengulurkan tangan, membiarkan bulir itu membasahi telapak tangan. Sorot matanya sendu, persis seperti langit malam itu.

Tak ada kata yang terucap, tapi bantinnya bercakap. Tiba-tiba, seseorang berdiri di sebelahnya. Melakukan hal yang sama, membiarkan telapak tangan dibasahi bulir itu. Icah tak merasa terkejut karena telah memperkirakan. Saat ini pukul tiga dini hari. Waktu dimana mereka berdua terbangun untuk menjalankan ibadah sunnah.

"Aneh. Aku merasa takut, akan hal yang tidak ada. Firasatku benar-benar buruk. Aku takut menghadapinya."

Imah tak merespon, seolah memberi ruang agar Icah menjelaskan lebih dalam.

"Aku baik-baik saja, sungguh. Aku juga tak tau kenapa mata ini menyendu kala hujan."

"Aneh." Imah akhirnya mengeluarkan suara. "Aneh melihatmu tanpa senyuman."

Icah menghembuskan napas kasar, tersenyum miring. Hanya karena selalu tersenyum, ia tak boleh menitikkan air mata?

"Tapi itu hal yang wajar. Emosi manusia tidak hanya bahagia." Icah terkesiap mendengar penuturan Imah. "Heh! Anak! Gak semua hal yang terjadi bisa kamu pahami saat itu juga. Gak usah sotoy, bukan Tuhan, kan. Emakmu ini gak akan berhenti mencari tau."

Kata-kata Imah yang terdengar ketus dan dingin itu lagi-lagi memberikan kehangatan. Icah tersenyum tipis, menatap awan-awan yang masih sibuk menangis.

Pikirannya yang kalut kini berganti. Ia memikirkan gadis di sebelah yang terlihat sangat sempurna. Pintar, berbakat, dewasa, bijak, pantang menyerah, dan wajahnya pun terbilang cantik.

"Mah, gak bosen apa jadi sempurna?" celetuk Icah tiba-tiba.

"Bosen, sih. Makanya punya kekurangan. Mau tau apa?" Icah mengangguk antusias. "Punya temen ngerepotin kayak kamu," balas Imah tajam.

Icah mendelik, cemberut. "Lagian, mau-mau aja direpotin."

Imah tak membalas. Menumpahkan air hujan yang tertampung di telapak tangan, lalu mengusap tangan pelan ke baju dan masuk kembali.

"Mah!"

Langkah Imah terhenti mendengar seruan Icah. Ia menengok, mendapati gadis itu tengah berjalan mendekat.

"Kamu bilang udah menemukan jawaban bocoran pertama. Jadi, jawabannya apa?" tanya Icah. Imah kembali memandang lurus, terdiam beberapa saat lalu mengucapkan sesuatu.

"Hanya huruf-huruf acak yang tak membentuk kata apapun."

•••

Note:
Sengaja pendek:v hehe✌
Btw, ada yang kangen Hadza n Tama gak??
Siapkan hati untuk part selanjutnya✨

Kritik dan saran terbuka di komentar/DM.
Jangan lupa vote!
Thx.

Ig : @y.orasins_
09/08/21

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang