Ketika dunia mengajakmu bermain, dan kamu dituntut untuk mencari.
Pencarian yang justru membawa pilu.
Apakah kamu akan ikut bermain?
Sayangnya, kau tak diperbolehkan menolak.
_____
Cepat bersembunyi, dunia sedang mencari pemain baru.
•••
Start: 01/0...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Original pict by: pinterest
•••
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Angin berhembus, berlomba-lomba menyapu debu dan apa saja yang bisa disapu. Tak goyah dengan angin itu, adalah tiga gadis yang masih berkutat dengan satu kertas.
Icah kembali mengamati kertas tersebut. Kali ini, ia bertekad memecahkan teka-teki kertas itu. Meski lagi dan lagi, otaknya buntu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Binnary code—kode dengan simbol angka 0 dan 1, biasanya dipakai untuk komputer—kode yang dipakai Bunda di bocoran kedua, ternyata tidak hanya sebatas itu saja. Karena meski mereka tau ini adalah binnary code, mereka tak bisa memecahkannya dengan cepat. Seolah Bunda tak memberi akses untuk menemukan jawaban dengan mudah.
"Kayaknya, Bunda otak-atik kodenya."
Icah mengangguk, menyetujui ucapan Rei.
"Lihat, satu huruf ada 8 angka. Tiga angka terdepan dari kode setiap hurufnya sama!" seru Imah menunjukkan hasil pengamatannya.
"Angka-angkanya adalah ... 010."
Mereka mulai menyadari sesuatu.
"Di kertas tersebut, kuncinya adalah angka 010 dicoret," ucap Icah. "Artinya mungkin ada dua. Kita disuruh mencoret angka 010 atau ...."
"Angka 010 sudah dicoret," lanjut Rei. "Kalau memang seperti itu, dalam kode Bunda, setiap hurufnya hanya ada 5 huruf dan itulah maksud kunci kedua."
Wajah cerah terlihat, Imah menuliskan garis setiap angka ke-lima dan kelipatannya. Mereka segera mencocokkan kode-kode tersebut.
"Jl. Terusan Jati, 11 Januari 2005." Imah membacakan jawaban dari bocoran kedua.
"AKHIRNYA!" seru Icah senang. "Tuh kan, apa kubilang! Rei pasti bisa bantu, sampai akhir. Emangnya Kak Hadza," lanjutnya menyindir Imah dengan menekan kata 'sampai akhir'.
"Apaan sih." Imah menatap jengah.
"Jadi, jawabannya sebuah alamat? Apa itu alamat rumah?" tanya Rei.