6.0 | Aku, Kamu Dihati

170 135 314
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Hei, Cah! Kantin bareng, yuk!" ajak seorang perempuan yang duduk tepat di belakang Icah.

"Boleh!" jawab Icah sembari membereskan buku. "Mah, yuk!"

"Cuman kamu yang diajak, Icah," ujar Imah pelan. Ya, ia sudah biasa tersisihkan sejak MOS. Icah yang gaul, ceria, ramah dan disukai semua orang. Berbeda jauh dengan Imah, yang lebih banyak diam dan sibuk dengan dunia sendiri. Karena dunia hanya memihak bagi mereka, si ekstrovert.

"Imah juga boleh, kok! Ya kali masa gak boleh," timpal orang itu. Sedikit mendengar pembicaraan orang-orang di hadapannya.

"Tuh, kan! Kata Rei juga boleh. Yuk, Mah! " Icah kembali mengajak.

"Hm, oke," putus Imah.

Selama perjalanan, Imah hanya berdiam diri sedangkan Icah dan Rei mengobrol seru, tak sekalipun kehabisan topik. Mereka terlihat sangat akrab, meski baru kenal saat MOS. Imah menatap lurus dengan hati yang sedikit merasa iri. Sesulit itukah masuk ke dalam obrolan? Haha.

Sampai di kantin, mereka memesan menu yang sama, bakso dan air putih. Tak lama, pesanan mereka sudah tersedia di meja. Ah, enak sekali bakso Mang Joko! Ter-debes!

"Kalian berdua ... kembar, 'kan?" tanya Rei memulai obrolan.

"Nggak!"

"Gak!"

Imah dan Icah saling berpandangan, sama-sama menatap jijik.

"Jijik! Sedih banget nasib aku kembaran sama kamu. Gak ada yang mau kembaran sama ni anak!" ketus Imah dan memutar bola mata jengah.

"Dih! Dikira aku mau? Gak rela tujuh turunan kembaran sama kamu," balas Icah tak kalah ketus.

"Kirain, soalnya kalian kemana-mana berdua terus dan keliatan mirip banget. Ada beberapa anak kelas yang belum bisa bedain kalian," jelas Rei sedikit gemas dengan kata-kata ketus mereka. Semua orang yang melihat pun tau betul, Imah dan Icah adalah sahabat erat, tak terpisahkan dan sepaket. Mereka sangat dekat, sampai anak-anak enggan untuk berteman.

"Untuk ke ... sekian kalinya orang mengira kita kembar. Emangnya mirip banget?" tanya Icah yang dibalas anggukan dari Rei. Imah mendengus, kembali melahap bakso. "Hubungan kita yang sebenarnya adalah ... mamah dan anak!" teriak Icah membara, sampai mengangkat sendok tinggi. Beberapa pasang mata menatap heran. Selang lima detik, Icah mengusap-usap kepala sambil mengaduh kesakitan.

"Kepala kamu makin keras, Cah. Lembekin lagi," ucap Imah santai. Rei yang melihat itu langsung tertawa terpingkal-pingkal. Dua orang ini ... seru juga kalau bisa bersahabat.

"Daripada mamah dan anak, kayaknya lebih cocok pawang dan hewan liar, deh!" seru Rei mengusap ujung mata yang sedikit mengeluarkan air.

"Dia hewannya."

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang