13.0 | Kencan Dong!

147 111 386
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Woy! Temenin gue hari ini!"

Benda pipih di sebelah seorang laki-laki itu mengeluarkan suara. Bukannya menjawab, ia justru berdecak. Ia memaksa kaki untuk masuk ke sepatu kesayangannya—yang sudah kekecilan.

"Woyy! Lu tuli?!"

"Woy! Tam!"

"Ck! Berisik lu! Diem dulu napa!" decak laki-laki itu. Akhirnya memberi respon. Tepat setelah ia berhenti bicara, kakinya masuk ke sepatu. Apa ia harus meminta ibunda untuk membeli sepatu olahraga baru?

"Fiks. Lo temenin gue hari ini."

Laki-laki itu menatap handphone, "heh! Gue ada kepentingan negara! Gak bisa diganggu. Lu sendiri ajalah!"

"Gue mau ketemu cewek, masa iya cuman berdua. Entar yang ketiganya setan!"

"Sorry, gak minat jadi setan."

"Iya, lo kan iblis."

"Sialan," umpat Tama. Rutinitas paginya diusik oleh fans fanatiknya. Biasalah, orang populer. "Biasanya lo juga berdua sama Bu Fika di ruang BK, Za."

"BEDA! ITU BEDA BAMBANK!"

Nada kesal menelusup telinga Tama. "YEE! SANS DONG, FERGUSOH!"

"Dasar temen gak guna, lo! Awas aja kalo lo mohon-mohon minta ba—.."

Tama mematikan telepon tanpa menunggu lawan bicara—yang ia sebut, fans fanatik—selesai berbicara. Ia sudah siap dengan setelan olahraganya, bersiap melakukan rutinitas pagi.

"Ma, Ar keluar dulu. Assalamu'alaikum," pamitnya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Ar!" Sahutan dari dapur terdengar.

Ardhy—panggilan rumah Tama juga panggilan khusus orang-orang terdekatnya. Sampai detik ini, hanya Mama dan Papa yang pernah memanggilnya dengan nama Ardhy. Tidak ada asal-usul yang spesial, hanya iseng.

Tama memasukkan handphone, mulai jogging menuju lapangan tempat olahraga. Olahraga rutin setiap pagi di hari libur adalah rahasia bentuk tubuh ideal yang dimilikinya. Kata seseorang, Tama dengan baju olahraga adalah kombinasi yang bisa membuat ciwi-ciwi luluh. Apalagi jika dipadukan dengan ekspresi Tama tanpa senyum. Tingkat ketampanan dan keren Tama seolah bertambah, berada di titik paling tinggi.

Ternyata, bukan hanya di lingkungan sekolah. Di luar sekolah—lapangan ini—pun cewek-cewek terpesona melihatnya.

Setelah dirasa cukup, Tama mencari warung langganannya.

"Lha, si Mbok Ana pake tutup warung segala," keluh Tama. Keringat sudah membanjiri pelipis dan baju.

"Mbok! Mbok! Buka dong! Haus nih!" teriak Tama mengetuk-ngetuk pintu warung dengan keras. Andaikan cewek-cewek di lapangan melihat tingkahnya ini, pastilah mereka langsung ilfeel.

Hening.

"Aish! Si Mbok kemana." Mata Tama melihat sekitar, menangkap indojuni tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sejak kapan ada indojuni di situ? Jangan-jangan si Mbok jadi jualan di sana. Wah! Gak bisa dibiarin. Dompet gue sekarat kalau nongkrongnya jadi di situ," pikir Tama meratapi dompetnya.

Tak butuh waktu lama, Tama sampai di indojuni. Semoga dompet mencukupi kebutuhan tubuhnya. Baru selangkah melewati gerbang, mata Tama langsung menatap seorang gadis dengan kuncir kuda, jaket abu dan celana tidur. Ia terkekeh. Cepat-cepat mengambil minuman lalu membuntuti gadis itu.

Gadis itu berjalan menuju kasir. Tama tebak, gadis ini baru bangun tidur dan belum mandi. Ia terkekeh lagi. Entah mengapa dimatanya, gadis itu sangat lucu. Meskipun Tama antre di belakangnya, gadis itu tetap tak menyadari keberadaan Tama atau mungkin pura-pura tak menyadari?

Gadis itu memberikan keranjang belanja pada mbak kasir. Ia merogoh-rogoh saku jaketnya. Ah, kejadian yang sangat klise di indojuni. Lupa membawa uang.

Inilah waktunya Tama menjadi pahlawan. Dengan percaya diri, Tama mengeluarkan sebuah kartu.

"Gue yang bayar, Mbak."

Ah, bukankah Tama sangat keren? Pasti gadis itu menatapnya dengan tatapan kagum. Tama tertawa bangga dalam hati.

"Apaan sih, lu! Emang gue gak mampu bayar?!" kesal gadis itu. Tangannya telah memegang beberapa lembar uang. Mata menatap kesal, menyembunyikan keterkejutan.

Seolah-olah terbang menembus awan, lalu dijatuhkan ke dasar jurang. Begitulah perasaan Tama sekarang. Tak cukup sampai di situ, ia masih guling-guling, semakin terperosok.

"Lagian ini KTP. Bukan kartu rekening!" Tama mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya dia mengeluarkan KTP. Kalau diingat-ingat, memangnya sejak kapan dirinya punya kartu rekening?

Rei—gadis yang dibuntuti Tama—terus memberikan tatapan jengkel. Kalau perasaan Tama seperti jatuh ke jurang, perasaan Rei seperti jatuh dari tangga, lalu tertimpa tangga pula. Malang sekali. Karena setelah insiden KTP itu, Rei dengan sangat terpaksa membayar minuman yang dibeli Tama.

"Ternyata, gue yang lupa bawa uang," ujar Tama dengan cengiran yang tercetak di wajah.

"Makanya, gak usah sok-sok jadi pahlawan. Gak cocok," ketus Rei melangkah keluar indojuni.

"Cocok jadi suami, ya?"

"Jadi suami mimi peri, noh!"

Tama cemberut sedangkan Rei setia dengan ekspresi juteknya. Suara berat seseorang membuat mereka menoleh bersamaan.

"Ini urusan negara, hah?!"

Lagi, dengan cengiran Tama menjawab. "Eh, Babang Aja. Katanya satu cewek, kok sekarang dua?"

"Katanya urusan negara, kok berdua-duaan?" balas Hadza mengikuti nada bicara Tama. Di belakangnya, Imah dan Icah mengikuti.

"Kamu ngapain sama Kak Tama, Rei?" tanya Icah memicingkan mata.

"Kita habis kencan, dong!" jawab Tama merangkul Rei.

"Apaan sih! Mana ada kencan yang satu pake baju tidur, yang satu pake baju olahraga!" Rei melepas rangkulan Tama, menjauh.

"Ya udah, ganti baju dulu, yuk! Terus kencan," ajak Tama mengedipkan mata. Rei mendelik jijik, begitupula Hadza, Imah dan Icah. Sepertinya mereka bisa muntah berjamaah.

"Ngarep!"

------

Rei merebahkan tubuh di kasur. Beberapa saat kemudian, membuka kantung belanjaannya. Rei mendengus.

"Sial banget gue! Kenapa minumannya pake ketinggalan segala, sih! Masa gue samperin dia? Tau rumahnya aja nggak!" sungut Rei.  "Bodo ah! Lagian pake uang gue juga."

Tanpa bisa dicegah, kejadian di indojuni kembali terputar di kepala Rei. Kepalanya penuh dengan Tama. Bisa-bisanya dia terus berurusan dengan kakak kelas itu.

"Dasar bego."

•••

Notes:
Bego tapi lope. Gimana dung? :v

Kritik dan saran terbuka di komentar/DM.
Jangan lupa vote!
Thx.

Ig: @y.orasins_
18/02/21

Hide N SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang