V - i accept it

26.7K 2.6K 36
                                    

Setelah seminggu disibukkan dengan berbagai acara Debutante, pesta minum teh, malam wanita yang isinya hanya bergosip, berkeliling tempat - tempat wisata di Targaryen dan diakhiri dengan pelelangan amal akhirnya Bianca dapat menghirup kembali udara Vanfald.

Dapat diingatnya wajah emosi putri Sylvie selama seminggu ini. Sejak kejadian acara minum teh, Sylvie benar - benar memiliki dendam padanya. Gadis itu sering membicarakannya, mengejeknya ketika lewat, bahkan pernah hampir mendorongnya di sebuah jembatan saat berkeliling ke tempat wisata Targaryen. Untung saja Colette menyadari niat jahat gadis itu sehingga bisa menarik Bianca tepat waktu.

Bianca menggeleng - gelengkan kepala tidak habis pikir. Ckck kelakuannya seperti bocah berumur 5 tahun.

"3 putriku tersayang!"

Ekspresi Bianca berubah cerah ketika sang ayah turun dari kuda untuk menjemput mereka. Dia dan kakak - kakaknya berlari menyambut pelukan sang ayah yang sudah merentangkan tangan lebar - lebar.

"Kami merindukan ayah," Colette berseru dengan bahagia, dibalas dengan anggukan bersemangat dari Sienna dan Bianca.

Raja Arlo tertawa dan mencium dahi ketiga putrinya.

"Ayah lebih merindukan kalian. Ah Bagaimana kabar kalian? Bagaimana dengan Targaryen? Apa kalian bersenang - senang?"

Ketiga putri cantik itu tertawa renyah, membuat semua orang yang berada disitu ikut merasakan bahagia melihat keakraban dan interaksi hangat antara ayah dan anak itu.

"Disana seru ayah, aku pertama kalinya melihat kristal sihir berwarna merah dan berenergi kuat. Terlihat menyeramkan sekaligus indah, jika kristal itu bisa jadi hiasan akan sangat cocok untuk karya musim semiku," mata Sienna berbinar - binar. Jiwa - jiwa seninya bersemangat.

Bianca mengangguk - angguk setuju. Lumayan seru untuknya. Selain mendapat tantangan dendam kesumat dari Sylvie yang memakai banyak cara untuk menjatuhkannya, dia akhirmya bertemu dengan pria yang selalu datang di mimpinya. Walaupun dia masih penasaran siapa pria misterius itu tapi mengetahui dia mungkin tidak akan pernah berkesempatan bertemu pria itu lagi membuatnya sedikit sedih dan pasrah. Ya sudahlah, toh dia juga sudah merasakan bagaimana rasanya berdebar seperti yang sering diceritakan kak Sienna di setiap dia menemukan pria tampan ketika melakukan tour dagang.

"Tentu saja seru, kak Sienna menemukan pasangan disana," Bianca menyenggol lengan kakaknya dengan tatapan menggoda.

Raja Arlo, Colette dan semua pengawal terkejut, mata mereka langsung terpusat pada Sienna. Sienna juga ikut terkejut dan menjadi gugup, kemudian menatap adiknya dengan tatapan membunuh yang dibalas kedipan mata oleh Bianca. Ingin sekali dia melempar adiknya ke laut sebagai umpan ikan hiu.

"Sienna, benarkah itu?" Colette berinisiatif bertanya duluan.

"Bianca berbohong, jangan percaya dia!" Sienna berjalan cepat menuju kereta kuda yang telah disiapkan untuknya sambil menutup wajah dengan kipas.

"Adik sialan," gumam Sienna tanpa suara menatap Bianca.

Adik sialan yang Sienna ejek hanya tertawa terbahak - bahak tanpa dosa. Astaga Bianca puas sekali mengerjai kakaknya.

"Bianca, berhentilah mengerjai kakakmu. Kasihan dia," Raja Arlo mengelus elus rambut anak bungsunya dengan kasih sayang.

Bianca hanya nyengir tanpa dosa.

"Ayah, angin kencang tidak bagus untuk kesehatan ayah. Ayo kita kembali ke istana," Colette menasihati sang ayah yang sepertinya masih ingin diam di pelabuhan.

"Ah baik, ayo kita kembali. Semua orang merindukan kalian,"

Raja Arlo menggandeng Bianca menuju ke kereta kudanya. Setelah memastikan anaknya naik, dia menuju kuda putih gagah miliknya sebagai pemimpin rombongan.

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang