XXXI - Expectation

11.2K 1K 118
                                    

Suara teriakan bersahut - sahutan menggema di penjara bawah tanah Targaryen. Bau anyir darah tercium di seluruh sudut - sudut ruangan.

Di salah satu ruangan, seorang algojo memutar - mutar rantai besar ditangannya sambil menatap makhluk kurus berwujud seperti manusia sedang duduk sambil menekuk lutut ketakutan pada seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sebuah kursi dengan tatapan congkak.

"Kau kuat juga, aku suka," ucap pria itu menopang dagu, "tapi sayang, aku tidak butuh anjing yang menggigit tuannya sendiri," lanjutnya berdecak tak suka.

Makhluk di depannya ini adalah satu - satunya monster baru yang menolak untuk dijinakkan. Walau suara dan perilakunya telah berubah menjadi monster, otaknya menolak untuk diperintah. Bahkan makhluk ini suka menolak insting hewannya.

Sangat merepotkan.

Jika saja dia tak menolak dijinakkan, monster pintar seperti ini bisa dengan mudah menjadi kaki tangannya. Seperti monster yang kemarin melawan anak terkutuk itu.

"Tuan,"

Sosok hitam tiba - tiba muncul dan menunduk hormat disamping pria itu, membuatnya sedikit menoleh.

"2 mata - mata dibunuh lagi oleh shadow dan kali ini mereka meninggalkan ini," jelas sosok hitam itu sambil memberikan 2 buah jantung penuh darah yang masih berdetak.

Pria paruh baya itu menggertakkan rahangnya hingga terdengar suara gigi yang beradu, dia berdiri mendekati sang suruhan dan langsung menampar wajahnya dengan sekuat tenaga.

"BOCAH KURANG AJAR!!"

Sang suruhan tersungkur diatas lantai yang digenangi air kotor itu dengan memar dan luka robek di daerah pipi karena terkena cincin tuannya.

Sekretaris dan algojo yang berada disitu sontak menahan nafas mereka ketika udara disekitar terasa lebih berat, menandakan sang tuan yang mulai kehilangan kontrol sedang mengeluarkan sihir hitam.

Pria itu mengigit kukunya dengan gemetar, "tidak hanya berencana mengambil tahtaku, anak terkutuk itu juga sudah berani mengancamku. Harusnya ku bunuh saja dia ketika baru lahir,"

Netra yang awalnya merah berubah menjadi hitam sepenuhnya, namun dalam beberapa detik netranya kembali merah lagi. Pria itu terkikik dan dengan lambat melangkah perlahan mendekati sang sekretaris.

"Baiklah, mari kita coba sekali lagi,"

"Maksudnya.. anda yang akan bertindak, tuan?" Tanya sekretarisnya bingung.

Jari telunjuk pria itu bergerak ke kiri dan kanan sebagai tanda tidak setuju.

"Hm, tidak tidak tidak~ sihirku belum sempurna. Aku masih butuh lebih banyak nyawa lagi," balas pria itu sambil mengerutkan wajah tak suka.

"Sayang sekali dia memiliki wajah yang mirip dengan Ana, bahkan sifat suka ikut campur mereka sangat mirip," pria itu bermonolog sambil menatap cincin yang terpasang di jari manisnya, cincin itu saat ini sedang menyala karena terkena darah, "Ana, sepertinya aku perlu menggunakan anakmu lagi sebentar untuk memancing anak sialan itu. Apa kau keberatan Ana?"

Melihat cincinnya yang bersinar semakin terang karena menyerap darah, pria itu tertawa terbahak - bahak. Suaranya yang menggema di lorong penjara membuat suasana semakin mengerikan, bahkan semua makhluk yang mendengarnya menggigil ketakutan.

"Hahahaha dia baru saja menjawab iya padaku! Hei, Lane lihatlah! Hahaha.." serunya memamerkan cincin itu, sang sekretaris tersenyum paksa.

"Benar sekali tuan, beliau menjawab anda,"

Pria itu mengelus cincinnya, kemudian mencium benda yang perlahan meredup itu, "iya Ana sayang, aku tidak akan menyakitinya. Hmm.. mungkin sedikit goresan? Itu tidak akan sakit, tenang saja,"

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang