XII - No way

23.1K 2.5K 80
                                    

Bianca melenguh dan memeluk bantal gulingnya lebih erat. Ish kenapa dia tidak bisa tidur? Padahal besok dia akan sangat sibuk. Sudah beberapa kali dia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman, namun selalu gagal. Bianca yakin sekarang sudah tengah malam.

"Tidak bisa tidur huh?"

Bianca sontak membuka matanya lebar - lebar dan bangkit duduk. Netra birunya menangkap sosok pria bertopeng emas yang sedang duduk di sofa di tengah - tengah ruangan.

"Den?" Panggilnya hati - hati.

Den terkekeh dan bangkit berjalan menuju ke tempat Bianca "kau tidak sedang berkhayal, aku memang ada disini,"

"Kau sangat percaya diri, aku tidak akan mengkhayalkanmu," Bianca memutar matanya sambil mendengus.

Den menaruh yuki di tempat tidur anjing yang dibuatkan sahana di dekat sofa, setelah itu dia berjalan mendekat. Dia merogoh sesuatu dari sakunya. Pria itu selalu membawa oleh - oleh setiap datang kesini, Bianca menggelengkan kepala, apalagi yang pria bertopeng itu bawa?

"Kau mau bola - bola coklat? Aku mendapatkannya tadi," tangan bersarung tangan hitamnya menaruh kain transparan yang di dalamnya berisi bola - bola emas.

Bianca tersenyum lebar dan mengambil kain itu, "apa kau tau? Coklat itu mengandung penenang di setiap gigitannya,"

Den melebarkan mata dan dengan gerakan cepat mengambil bola coklat yang akan di makan Bianca, "jangan dimakan! Kau bilang ini ada penenangnya? Ini ilegal,"

Nada khawatir Den membuat Bianca tertawa terbahak - bahak. Pria ini sangat polos, ingin rasanya dia mencubit pipi Den karena gemas. Bukan obat - obatan penenang tapi memang bau dan rasa coklat menenangkan tubuh, terutama pda pikiran.

Den menatap Bianca dengan tatapan bingung. Apa dia dipermainkan oleh gadis ini?

Bianca mengelap air matanya yang mengalir karena lelah tertawa, "bukan! Bukan penenang yang itu maksudku. Coklat memiliki kandungan kafein yang membuat siapapun yang merasakannya jadi tenang,"

Pria itu mendesah panjang dan menggaruk rambutnya yang tak gatal dengan gugup. Dia mengerti sekarang, entah kenapa pikirannya jadi kalut ketika gadis itu mengatakan penenang. Mungkin karena dia baru saja sedang menyelidiki orang - orang yang menyelundupkan obat - obatan terlarang tadi bersama Orion.

"Jangan khawatir, ini tidak apa - apa," Bianca mengambil coklatnya yang dirampas Den, "kau sangat lucu,"

"Terima kasih pujiannya yang mulia putri," balas Den dengan nada sarkastik, dia lebih merasa bodoh daripada lucu.

Bianca terkekeh dan menjawab dengan mulut penuh, "aku serius, kau benar - benar lucu,"

Pria itu terkekeh. Pipi penuh Bianca membuatnya terlihat seperti anak kecil, apalagi dengan noda coklat yang menempel di sudut kiri bibir. Ibu jari Den tanpa sadar mengelap noda coklat itu dengan gerakan hati - hati, membuat Bianca menegang dan melebarkan matanya terkejut.

Den tersadar gerakannya membuat Bianca terkejut langsung bangkit berdiri, pria itu mengambil sapu tangan dari sakunya. Dia mengelap ujung jarinya menggunakan bagian dalam sapu tangan, kemudian melipatnya dan diberikan pada Bianca.

"Maaf, itu gerakan refleks," sahutnya cepat agar gadis di depannya tak salah paham.

Bianca berdeham dan mengambil sapu tangan pemberian Den, dengan gugup dia mengelap bibirnya. Sempat - sempatnya dia merona karena hal sepele seperti ini, jantungnya juga ikut tak tenang. Ingat Bianca, kau akan menjadi istri orang besok!

"Tidak apa - apa, aku mengerti," Bianca nyengir lebar.

Den menempatkan bokongnya di sudut kasur dan tiba - tiba tertawa. Ada sisa coklat di kedua gigi depan gadis itu.

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang