VII - Engagement

25.9K 2.4K 32
                                    

"Yang mulia! bangunlah yang mulia!"

Bianca menggeliat membalikkan badannya menghadap jendela sehingga cahaya terik matahari menyinari wajahnya. Tangan gadis itu meraba sebuah bantal dan menutup wajahnya untuk menghalangi cahaya yang mengganggu tidurnya.

"Yang mulia, kepala pelayan telah menunggu anda. Bangunlah yang mulia!"

Bianca mengerang terganggu. Kenapa Lyra dan Marley sangat berisik? Padahal selama ini penghuni Vanfald tidak ada yang berani mengganggunya tidur, dia bisa bangun dan tidur kapan saja.

"Aish diam, aku ingin tidur. Hiraukan saja kak Sienna, dia memang selalu menggangguku,"

Tangan gadis itu terangkat dengan gerakan mengusir para pelayannya. Lyra menggenggam tangan tuannya dengan gugup.

"Yang mulia tidak bisa begini! Kepala pelayan menunggu anda! Anda sekarang tunangan orang!"

"Benar yang mulia, anda bukan di Vanfald lagi! Anda calon istri seorang putra mahkota!"

Bianca membuang bantal yang menutup wajahnya, "Jangan bercan--,"

Eh tunggu..

Bianca mencoba mengumpulkan nyawa dan mengembalikan kesadarannya. Netra birunya menatap sekeliling, warna merah muda dan feminim. Motif seprai, peralatan dan tata letak barang yang berbeda.

Tunggu.. Ini bukan kamarnya!

Kamarnya berwarna hijau tua dan tidak memiliki pernak - pernik feminim seperti ini, serta pajangan pedang krystal element biru cantik di dindingnya. Kamar ini seperti kamar kak Sienna versi furnitur lebih mahal.

Gadis itu menatap Lyra dan Marley dengan horor, "dimana ini?! Aku dimana?!"

"Yang mulia putri, maaf mengganggu waktu istirahat anda. Saya Marchioness Tinsley, kepala pelayan istana Targaryen. Saya datang untuk menjemput anda,"

Bianca berkedip kedip kemudian membulatkan mata dan menutup wajahnya malu. Astaga! Maafkan aku kakak dan ayah tidak bisa membawa nama baik Vanfald! Aku melupakan sopan santun!

"Yang mulia putri, apakah kepala anda sakit? Jika masih lelah, saya akan membawa duke Lane dan designernya langsung ke kamar anda," Kepala pelayan terdengar khawatir.

Bianca mengangkat wajahnya dan tersenyum tidak enak.

"Aku tidak apa - apa, jangan khawatir. Hmm.. bolehkah aku bertanya?"

Wanita paruh baya di depannya mengangguk, "silahkan tanyakan apa saja yang mulia, saya akan menjawab jika saya bisa,"

Bukan jika saya mengetahui tapi 'jika saya bisa'? Wah istana ini punya banyak rahasia ternyata.

"Kapan pangeran pulang?"

Si putra mahkota itu calon suaminya tapi tidak pernah muncul, dasar pria jahat. Setidaknya menunjukkan batang hidung sebentar saja pria itu tidak akan rugi, jika begini Bianca jadi terlihat sebagai wanita yang sukarela menyerahkan diri pada iblis.

Marchioness Tinsley sedikit terkejut, tidak menyangka akan ditanya hal itu. Tentu saja wanita paruh baya itu mengerti pangeran yang dimaksud disini adalah yang mulia putra mahkota. Mata merah khas warga Targaryen itu menyorot simpati pada Bianca.

"Maafkan saya yang mulia putri, saya tidak tau tentang hal itu. Sebenarnya yang mulia putra mahkota akan kembali kemarin, tapi pemberontakan terjadi kembali pada malamnya jadi beliau tidak bisa kembali sesuai perkiraan,"

Bianca mengangguk - ngangguk mengerti, gadis itu sedikit menyesal karena salah sangka. Dia juga tidak menyangka, Targaryen yang terlihat makmur tanpa berita aneh apapun dari luar ternyata di dalamnya terdapat pemberontakan sampai putra mahkota yang harus turun langsung menanganinya.

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang