"Kau tidak apa - apa?"
Bianca menoleh pada River yang berbisik disebelahnya. Pria itu terlihat khawatir.
"Tentu saja, mereka hanya teman," jawab Bianca meyakinkan diri sendiri.
"Katakanlah jika perasaanmu tidak baik, aku akan selalu disisimu. Kita bisa pergi dari pesta ini," bisik River menenangkan.
Bianca mengangguk sambil mengusap lengan River seakan mengatakan bahwa pria itu tidak perlu khawatir.
"Salam kepada yang mulia ratu Saia dan yang mulia putri mahkota, semoga cahaya anda berdua semakin bersinar," ucap Alexa memberi salam.
Bianca menganggukkan kepala membalas salam Alexa. Dia meringis ketika merasakan tatapan berbeda dari kedua orang tersebut. Alexa memberikan tatapan berbinar penuh minat, sedangkan Felix menatapnya tajam.
Alexa tiba - tiba mendekapnya, membuat Bianca terkesiap.
"Kau gadis tercantik yang pernah aku lihat, cantik sekali.. dan apa - apaan gaun indah ini?! Kau yakin kau bukan peri?!"
Pujian beruntun dari sang calon selir, membuat para tamu undangan terkejut. Mereka mulai membicarakan bagaimana baik hatinya duchess muda yang tetap baik - baik saja pada perebut kekasihnya, namun ada juga yang meragukan rumor tentang calon selir karena kedua wanita itu terlihat akrab.
Alexa mengelus - elus rambutnya bagai hewan peliharaan. Gadis itu lebih tinggi daripada Bianca sehingga wajah Bianca sekarang berada tepat di depan dadanya. Tentu saja hal itu membuat Bianca mengalihkan tatapan kemanapun, yang penting tidak melihat ke depan.
Netra biru Bianca bertemu dengan sepasang netra merah milik Felix, pria itu terlihat tak menyukai interaksi antara kedua wanita di depannya. Tak ayal, Felix langsung menarik lengan Alexa mundur dan dirinya maju menggantikan posisi Alexa tadi. Karena gerakan tiba - tiba itu, tubuh Bianca limbung ke depan sehingga dengan cepat Felix menangkapnya.
"Kau tak apa - apa?" Tanya Felix menunduk memastikan gadis itu baik - baik saja.
Bianca merengut, "menurutmu?"
"BOCAH SIALAN!" Seru Alexa memukul punggung Felix, "aku yang duluan memeluknya, awas!" Lanjutnya marah - marah.
Felix hanya meliriknya dengan sudut mata sembari mengedikkan bahu. Dia sedang menyombongkan diri.
"Ekhem!"
Suara deheman yang sangat disengaja dari sang pemilik acara membuat menoleh. Ratu Saia menatap mereka dengan senyum lebar penuh paksaan.
"Jika kalian ingin bermain, jangan di acaraku. Silahkan keluar,"
Sudah putri mahkota membuatnya jadi gila, ditambah lagi sekarang bocah nakal dan anak buahnya datang merusak acaranya.
"Kau ingin keluar?" Bisik Felix pada Bianca.
Bianca terkejut. Dia tau Felix tak menyukai ibu tirinya, namun bukannya setidaknya pria itu datang memberi salam dan mengatakan basa basi seperti selamat ulang tahun atau kata - kata manis lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess
FantasyBianca Sabine Camille, putri bungsu dari kerajaan kecil nan makmur diujung barat bernama Vanfald. Kerajaan yang dipenuhi oleh para pengendali element air. Dia disebut sebagai putri kesayangan rakyat Vanfald, Cerdik dan terkenal berandal. Suatu ketik...