XXV - One More

17.1K 1.5K 150
                                    

"Anastasia Lyle, kau harus mati,"

Anastasia Lyle? Terdengar seperti nama ibunya.

Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal lain, Bianca harus menyadarkan Felix sekarang juga. Entah apa yang merasuki pria itu, kita bicarakan nanti.

Wajahnya mulai membiru karena kekurangan oksigen, perlahan gadis itu mengumpulkan kekuatan. Dapat dia rasakan energi element mengalir menuju tangannya.

BUGH!

Bianca melihat itu. Sesosok bayangan dengan jubah hitam datang dari jendela dan dengan cepat memukul kepala belakang Felix, menyebabkan tubuh pria itu limbung tak sadarkan diri. Untungnya kasur ini lebar sehingga kepala Felix tak menghantam dinding.

Bianca tak menyia - nyiakan kesempatan, gadis itu langsung menghirup oksigen sebanyak mungkin dengan rakus. Dia memegang lehernya dengan tangan gemetar, kejadian tadi adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan. Ketakutan karena akan mati di tangan orang yang mulai dia percaya.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, Bianca bangun dan mencari sosok itu. Sosok itu sudah menghilang tanpa jejak, membuat dahinya mengerut bingung. Entah itu siapa namun Bianca sangat berterima kasih.

Bianca mendekati suaminya dan memeriksa tubuh pria itu. Dia membuka kedua kelopak mata Felix secara bergantian untuk memastikan bahwa bola mata pria itu kembali normal. Bianca menghembuskan nafas lega.

"Syukurlah,"

Bianca merasakan matanya panas, dia sangat takut tadi. Gadis itu menyentuh pipi Felix dengan gerakan halus. Kulit Felix terasa hangat

"Apa dia demam?" Bianca memeriksa dahi pria itu dan ternyata juga hangat. Sepertinya dia memang demam.

"Felix, bangun," bisiknya sangat pelan.

Bianca berdeham, suaranya habis tadi karena berteriak. Mengingat itu, dadanya mulai terasa sesak tanpa sebab. Airmata mulai menggenangi pelupuk matanya. Bianca mendongak berharap airmata itu tak jadi keluar, namun ternyata gagal. Kristal bening mulai mengalir deras di kedua pipinya.

Perlahan Bianca mulai terisak, dia mengelap kedua pipinya dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan, "Astaga hiks.. ada apa hiks.. denganku?"

Heunghh~

Suara lenguhan kembali terdengar, sepertinya Felix sudah sadar. Gerakan kasur terasa ketika tubuh pria itu mencoba bangun. Bianca yang menyadari itu mencoba menghentikan tangisnya, namun tetap saja rasanya kantung airmata Bianca tidak bisa diajak kerja sama.

"Pusing sekali,"

Felix memegang pelipisnya erat - erat untuk menghentikan tekanan hebat yang dirasakan di kepala belakangnya, pria itu mengedip - ngedipkan mata untuk memfokuskan penglihatannya yang kabur.

Felix mengangkat kepala dan terkejut, "Bian?!"

Dia memang merasakan ada orang disekitarnya, namun dia terlalu fokus mengembalikan kesadarannya terlebih dulu. Yang membuatnya terkejut adalah dia tak menyangka bahwa orang itu adalah Bianca.

Felix berdecak, sepertinya dia akan menghukum Orion nanti karena tak becus mengurus istrinya. Sudah dia bilang disaat seperti ini, dia tidak boleh dekat - dekat dengan siapapun atau dia akan menyakiti orang.

Berbicara tentang menyakiti, dengan cepat pria itu beringsut mendekati Bianca. Gadis itu sedang menyembunyikan wajahnya dan terdengar isakan kecil, bajunya juga kusut dan rambutnya berantakan. Felix meneguk salivanya takut, kondisi istrinya terlihat kacau. Apakah ini berarti dia telah menyakiti istrinya?

Felix mengangkat tangan menggapai gadis di depannya, "Bian, aku--"

Bianca refleks bergerak mundur ketika melihat tangan Felix mendekat, dia masih trauma karena kejadian tadi. Felix merasakan nyeri di dadanya ketika istrinya bergerak menjauhinya. Apakah Bianca membencinya sekarang? Apakah gadis itu akan menceraikannya kemudian pergi menjauh?

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang