"Ibu,"
Bibir tipis itu tertarik keatas. Dia menaruh rajutan yang dia kerjakan diatas meja.
"Jay," panggilnya ceria pada sang anak.
Jasper tersenyum sembari mendekat. Ibunya selalu memanggilnya Jay, katanya nama Jasper lumayan merepotkan untuk diucapkan. Jasper mengecup pipi sang ibu.
"Apa ada sesuatu yang terjadi saat aku pergi?" Tanya Jasper mendorong kursi roda ibunya mendekati tempat Felix berdiri.
Sang ibu terkekeh mendengar nada khawatir dari suara berat itu, "tidak ada, aku menjalani hari dengan baik,"
Jasper menghentikan kursi roda ibunya beberapa langkah didepan Felix, dia berjongkok disamping sang ibu dan menggenggam tangannya.
Sepasang netra merah itu hanya menatap bingung anak tunggalnya.
"Siapa?" Bisiknya sanga pelan, takut orang didepannya tersinggung.
Samar - samar telinga tajam Felix mendengar kebingungan wanita tua itu, dia membuka hoodie-nya dan berjongkok menatap lurus netra merah yang sangat dia rindukan.
"Bibi pengasuh,"
Wanita tua itu sontak terkejut. Tiba - tiba dadanya terasa sesak dan gemetar ketakutan.
"T-TIDAK! JANGAN BUNUH AKU YANG MULIA!! A-AKU MOHON!!"
Bugh!
"Ibu!"
Tubuh renta itu terjatuh dari kursi rodanya. Dengan sigap Jasper menangkap tubuh sang ibu dan membiarkan punggungnya menyentuh lantai kayu.
"Ibu, apa kau baik - baik saja?" Tanya Jasper dengan cepat.
Felix yang awalnya terkejut, beberapa detik kemudian menyadarkan dirinya dan memeriksa tubuh gemetar yang berada diatas tubuh Jasper.
"Bibi pengasuh!" Panggil Felix sembari menggoyangkan pundak wanita tua itu, "kesadarannya menurun, beliau sesak nafas,"
Mendengar itu, Jasper dengan cepat mengubah posisi dirinya berbaring dengan posisi setengah duduk. Felix yang paham membiarkan punggungnya sebagai tempat punggung Jasper bersandar.
"Tidak apa - apa ibu, dia bukan raja. Dia Felix, anak asuh kesayangan ibu. Anak dari ratu Sana, kau ingat kan bu?" Bisik Jasper dengan lembut menenangkan sang ibu.
Jasper mengecup rambut tipis beruban itu sendu, "tidak akan ada apa - apa ibu, tidak akan ada yang menyakitimu. Jay sudah besar jadi Jay sudah bisa melawan mereka,"
Hampir 15 menit Jasper mengucapkan kata - kata menenangkan untuk sang ibu. Sedangkan Felix hanya bisa diam dengan otak penuh prasangka. Felix kira dia mengetahui semuanya, tapi ternyata dia hanya permukaannya saja. Terbukti sekarang dia sangat bingung.
"Sepertinya ibu sudah baikan, bantu aku mengangkatnya ke kursi roda kembali kak," bisik Jasper pelan namun masih terdengar oleh telinga.
Felix sedikit terkejut. Sudah lama sekali sejak Felix mendengar panggilan itu dari mulut Jasper. Keterkejutan itu hanya berlangsung beberapa detik, Felix kemudian mengangguk dan bangkit dari duduknya.
Dia menggendong tubuh kurus bibi pengasuh dan membawanya ke ruangan yang ditunjuk Jasper. Dengan perlahan Felix menaruh tubuh renta itu diatas kasur. Jasper membantu merapikan bantal sebagai tempat ibunya bersandar.
Jasper membawa dua buah kursi kayu untuk mereka duduki. Felix mendudukkan bokongnya diatas kursi, tangannya membawa tangan keriput itu dalam genggamannya.
"Yang mulia pangeran?"
Dua pasang netra merah itu saling menatap. Felix tersenyum lebar dan mengecup haru punggung tangan wanita yang telah dia anggap ibu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess
FantasyBianca Sabine Camille, putri bungsu dari kerajaan kecil nan makmur diujung barat bernama Vanfald. Kerajaan yang dipenuhi oleh para pengendali element air. Dia disebut sebagai putri kesayangan rakyat Vanfald, Cerdik dan terkenal berandal. Suatu ketik...