👭Dua puluh Empat; Teman baru👭

55 6 1
                                    

"Dari mana lo? Nggak balik kelas abis istirahat" tanya Vio saat mendapati Vena masuk ke kelas setelah bel pulang sekolah berbunyi.

"Lo tau nggak sih tadi ada kejadian heboh di depan ruang broadcast" bukannya menanggapi pertanyaan Vio, Vena malah mengatakan hal lain yang jelas memicu jiwa-jiwa ghibah bermunculan. Bahkan Vanya yang notabene nya sedang mengemasi peralatan sekolah nya sontak berhenti dan mendekatkan duduknya pada Vena.

Melihat wajah-wajah penasaran teman-temannya membuat Vena melanjutkan kalimat nya, "Ada yang berantem di depan ruang broadcast, denger denger masalah perjodohan gitu. Sangking ricuhnya ceweknya sampe nge bogem cowok nya anjir"

Vanya membulatkan matanya "serius?"

Vena mengangguk, "iya di bogem cuy, wajar sih soalnya cowok nya tuh mulut-mulut cewek julid gitu"

"Kaya Arga?" tanya Vio.

Vena menggeleng "lebih parah" tangannya menyilang di depan dada.

"Terus gimana?" Vanya makin penasaran.

"Pas mau di bogem lagi mereka dipisahin sama temennya gitu, gue ga gitu denger mereka ngomong apa. Cuma pas temen nya itu ngomong sesuatu mereka langsung berhenti ribut dan ceweknya pergi. Karena gue penasaran gue ikutin, pas gue tau dia masuk ke perpus gue melipir ke kantin dulu beli ultra buat dikasih ke dia. Kasian soalnya sedih banget pasti"

Vanya mengangguk setuju, "ultra bangkitin mood banget soalnya"

"Terus gimana? Dia nggak nolak itu ultra kan?" Vena menggeleng.

"Enggak kok, pas udah diminum gue ajak ngomong aja sih biar mood nya naik, gue ajak kenalan juga"

"Namanya siapa?" tanya Vanya.

"Aura, Aura Hendrawan, anak IPA 3" sahut Vena yang membuat Vio langsung terdiam.

"Terus pas balik ini tadi gue anterin balik juga dia ke gedung IPA, ketemu sama temen temennya di koridor penghubung gedung IPA sama gedung serbaguna" Mata Vio langsung membola mendengar perkataan Vena.

"Lo ketemu sama temen temennya?" tanya Vio spontan.

Vena menggeleng "enggak, gue langsung balik kanan tanpa nyamperin temen-temennya dulu, segan aja gitu"

"Syukur alhamdulillah" lirih Vio.

"Kenapa alhamdulillah Vi?" tanya Vanya yang langsung membuat Vena secara spontan juga menatapnya penuh tanya.

"Ah enggak kok," Vio geleng-geleng.

Acara menggibah mereka berhenti ketika suara ketukan terdengar di pintu kelas.

"Bae, pulang nggak?" tanya Yuan yang sudah muncul di depan pintu dengan Tian yang tengah sibuk dengan ponsel disebelah nya.

"Eh iya bentar" Vanya langsung bergegas mengemasi tas nya yang tadi sempat terhenti karena mendengarkan cerita Vena.

"Lah cowok gue mana?" tanya Vena menyadari ketidak beradaan Soni diantara mereka.

"Soni katanya mampir ke ruang osis dulu, buat persiapan LDKS weekend ini sama sertijab senin depan" sahut Tian tanpa menoleh.

Mereka bertiga hanya menganggukan kepala.

"Ayok" ajak Vanya.

"Oh udah? Yuk" Vanya dan Yuan meninggalkan mereka bertiga dengan Tian yang masih menyandar pada pintu.

"Lo daripada di tengah jalan gitu mending masuk atau sekalian keluar deh Ga" ujar Vio.

"Gue pergi dulu, Ada perlu. Bye guys" Tian memasukkan ponsel ke kantong almet dan langsung pergi begitu saja.

Twins SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang