👭Lima Belas; Rasa Lain👭

61 7 1
                                    

Pagi ini keadaan rumah double V ribut nya nggak karuan. Gara garanya satu rumah bangun kesiangan, untungnya Bunda nggak ada jadwal ke butik jadinya masih sempet masak.

"BUN! LIAT DASI TETEH NGGAK?" tanya Alen sambil teriak dari lantai dua.

"MANA BUNDA TAHU, YANG NARUH SIAPA?" teriak Bunda balik.

Rumah serasa hutan kalo pada bangun kesiangan gini, ayah aja sampai nggak sempet masang dasi pas keluar kamar.

"Heboh banget sih anjir," kata Vio turun ke lantai bawah dengan sweater dan rambut cepol.

"Adek nggak sekolah?" tanya Ayah begitu sampai meja makan.

"Ada Olimpiade Yah ke luar kota, kan minggu lalu Adek udah bilang" kata Vio yang bersamaan dengan Alen yang turun sembari memasang dasinya.

"Oh iya Ayah lupa, maaf ya nggak bisa nganter ke bandara Ayah ada rapat sampai siang" ujar Ayah menyesal.

"Gue juga sorry banget dek, gue ada jadwal penting hari ini nggak bisa di skip" imbuh Alen.

"Iya nggak papa, lagian kan ada Bunda, Adek juga sama Tian perginya" sahut Vio.

"Nanti biar Bunda yang nemenin adek, gih dimakan nanti telat Adek juga mau ke bandara kan nganterin Vena sama Soni?" kata Bunda, Vio mengangguk dan mereka semua makan dengan khidmat.

Ponsel Alen dan Vio berdering bersamaan tepat disaat mereka selesai meneguk air putih digelas mereka.

Alen memilih mendiamkan ponselnya dan langsung pamitan untuk berangkat sekolah pada orang tuanya dan Vio.

"Berangkat ya Bun, Yah, assalamu'alaikum!" pamit Alen sembari mencium tangan kedua orangtuanya.

"Waalaikum salam" sahut keduanya bersamaan.

"Duluan dek, lo harus menang pokonya oke? Semangat!" ujar Alen sembari menggusak kepala Vio lalu ngacir ke luar rumah karena tahu Vio bakal mencak mencak rambutnya yang udah dicepol bagus-bagus di berantakin Alen.

"Nyemangatin sih nyemangatin gak pake ngerusak rambut gue juga setan!" teriak Vio kesal.

Ayah dan Bunda bahkan hanya mampu menggelengkan kepala nya melihat tingkah bar-bar kedua anak perempuan nya.

Drt drt drt!!

Atensi Vio teralih pada HP nya yang terus bergetar diatas meja makan. Alen memilih untuk bangkit dari kursinya dan mengangkat telfon.

"Bun, Adek angkat telfon Tian dulu nanti biar Adek aja yang nyuci piringnya" tutur Vio lalu langsung ngacir ke lantai atas tepat nya ke Kamar nya.

'Punya HP tuh buat apa sih kalo di telfon nggak di angkat di chat nggak dibales'

Baru juga nempelin layar HP ditelinganya Vio sudah dihujami dengan cercaan dari lawan bicaranya.

"Ya maaf, gue baru selesai sarapan sama keluarga"

'Gue kira lo sengaja nggak ngangkat'

"Ya buat apa sih nggak gue angkat oh ya ngapain nelfon?"

'Pesawat Soni sama Vena take off 2 jam lagi, mau berangkat ke bandara kapan?'

Alen melirik jam yang menunjukkan pukul 06.30 A.M. yang artinya jam 08.30 A.M. pesawat yang ditumpangi dua teman nya itu take off.

"Jam setengah delapan kesiangan nggak sih?"

'Enggak kok, tapi kalo mampir ke basecamp dulu ya kesiangan'

"Lho emang pada mau ke basecamp dulu?"

'Ya gue sama Yuan ke basecamp dulu terus baru nyusul ke bandara, Vanya juga ke basecamp katanya barangnya ada yang ketinggalan'

"Ya udah deh jemput gue ya? Ikutan ke basecamp deh gue"

'Iya, siapa-siap gih gue udah dijalan'

"Oke"

Tuut!!

¤¤¤

"Ayo Dek, 1 jam lagi pesawat kamu take off," kata Bunda sambil membuka pintu kamar Vio dimana pemiliknya sedang asik Video Call an dengan Vanya dan Vena.

"Eh iya Bun," sahut Vio "gue tutup ya mau berangkat ke bandara," sambung Vio kepada teman-temannya lalu mematikan panggilan dan segera bangkit lalu menarik koper mini nya lalu menyambar slingbag dan jaketnya.

"Ayo Bun!" ajak Vio yang kemudian mereka ber dua meninggalkan rumah menuju ke bandara.

Perjalanan ke bandara lumayan lama karena mereka terjebak macet namun untungnya masih belum ketinggalan pesawat.

"Lama banget sih lo, tau nggak gue khawatir banget," sembur Tian begitu Alen tiba di passing grade.

"Iya sorry, kejebak macet tadi" sahut Vio merasa bersalah.

Iya beneran Vio beneran ngerasa bersalah karena melihat raut wajah Tian yang khawatir bukan main.

"Yaudah, lo udah cek in?" tanya Tian.

"Ini gue baru mau cek in, lo nya udah ngomel" dumal Vio.

"Yaudah gih sana"

Lalu Vio pun melakukan cek in tiketnya kemudian kembali lagi ketempat Tian berada karena pesawatnya juga masih sekitar 30 menit lagi take off.

Selama 30 menit itu ada saja yang mereka bicarakan bahkan Bunda Vio dan Mama Tian sudah asik ngobrol kesana kemari. Dan kedatangan Yuan-Vanya yang katanya mau melihat mereka berangkat.

Akhirnya nama penerbangan mereka terdengar dipengeras suara dan mau tidak mau mereka harus pergi meninggalkan empat orang yang sedari tadi bersama mereka.

Setelah ucapan pamit dan beberapa kata motivasi mereka berdua langsung pergi menuju pesawat mereka.

"Gue nggak nyangka bakal sampai ke luar kota," kata Vio saat pesawat sudah mengudara.

"Iya, padahal kita ikut juga cuma bekal materi seadanya apa bisa kita bawa kemenangan?" ujar Tian ragu.

"Nggak usah mikirin menang kalah yang penting kita udah usaha dan biar ini jadi pengalaman tambahan kita," sahut Vio. Tian mengangguk.

Langit sangat biru nyaris tanpa awan yang menghalangi pemandangan dari kaca pesawat. FYI, mereka duduk di first class dengan dua seat. Jadi mereka tidak berdesakan dengan penumpang lain. Tentu saja Vio yang berada di dekat jendela.

"Langitnya cantik banget ya Ga?" kata Vio meminta persetujuan Tian.

Tian mengangguk. "Iya cantik banget, apalagi liatnya bareng lo"

Vio membeku sejenak mendengar ucapan Tian yang entah serius atau tidak.

"Lo bilang nggak nyangka bisa olimpiade sampai ke luar kota, kalo kata gue, gue nggak nyangka bisa olimpiade ke luar kota bareng lo dengan cuaca sebagus ini dan hawa setenang ini" sambung Tian.

"Ga? Lo nggak mabok udara kan?" tanya Vio merinding.

Tian menggeleng dan menyamankan sandarannya pada kursi "Gue bahagia banget sekarang Let karena berdua doang sama lo kaya gini, entah lo sadar atau enggak gue beneran udah jatuh ke pesona lo dari awal" gumam Tian.

Vio sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Tian tapi dirinya tak ambil pusing toh mereka kan memang dekat walaupun banyak cekcoknya. Vio juga tidak menyangkal kalau dia nyaman dengan Tian.

"Ga?"

"Hmm"

"Gue nyaman sama lo, dan gue harap kita bakal temenan selamanya" harap Vio.

Tian hanya menghela nafas dan meng iya kan kata kata Vio. Toh dia bisa apa? Karena nyatanya Tian masih belum berani menyatakan isi hati nya yang sebenarnya pada sang sahabat.

¤¤¤

24 April 2020

Twins SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang