Aku harap, walaupun di sini gak ada adegan uwu, kalian tetap membacanya dengan sepenuh hati.
Dan aku akan senang kalau kalian komen tiap paragraf ❤***
Hening. Ada langkah yang diseret, jejak-jejak sepatu karet yang menimbulkan ketukan samar di atas lantai lapangan. Ada tiga suara yang terdengar: langkah kaki kanan, langkah kaki kiri, lalu ujung-ujung kayu yang diseret.
Berjalan ke arah mereka adalah sekumpulan anak Taman Siswa, kali ini dengan tambahan Denis serta dua cecunguk yang selalu dengan buta mengikutinya kemanapun, Dito dan Ivan. Riam mengeratkan genggamannya di sisi tubuh, Denis datang dengan senyuman, tanpa rasa bersalah, tanpa ada permohonan maaf atas semua yang telah ia perbuat.
"Main nggak ajak-ajak nih?" tegur cowok itu. Dengan ulang tahun Mitha besok dan perayaan dasar Orion dengan bermain futsal di sini tiap ada yang ulang tahun, keberadaan Denis terasa sangat benar tetapi juga sangat salah.
Rasanya sudah lama berlalu sejak ia meninggalkan Orion.
Mitha menjadi orang pertama yang berjalan maju, dadanya dibusungkan. "Sori, buat temen gue aja. Ngapain lo di sini?"
"Mau ..." ada cengiran tidak mengenakkan hadir di wajah Denis. Dengan santai, seolah teman lama, ia berucap, "kasih surprise!"
Pertarungan pecah di detik berikutnya. Satu pukulan menghantam Ali yang berdiri paling depan setelah Mitha. Hampir di detik yang sama, seseorang melompat dari arah belakang Riam, mengayunkan tongkat baseball. Riam berhasil menghindarinya dengan merunduk, lalu berputar di tungkainya dan memberikan balasan langsung melalui tendangan kaki pada si pemukul, merobohkannya detik itu juga.
Serangan, bagaimanapun, tidak berakhir sampai di sana. Dari arah pukul delapan, tendangan yang dilayangkan keras dialamatkan padanya. Riam melompat menghindar tepat waktu, di saat yang sama menyelinap ke belakang punggung di penyerang dan menyikutnya keras sebelum kembali ditutup dengan tendangan memutar. Tidak ada waktu untuk merayakan keunggulannya, si pemukul baseball telah kembali bangkit dan menyerang Riam lagi.
Dua lawan satu. Biasanya ini hal mudah. Ia bahkan pernah menghadapi lima orang sekaligus. Tetapi energi yang telah dihabiskan seharian untuk bermain basket, berenang dan sekarang futsal, membuat gerakan Riam melambat. Satu pukulan mendarat di tengkorak kepalanya, terlambat untuk menghindar. Dan seketika, telinga Riam berdenging.
Sesaat, konsentrasinya buyar dan ia kesulitan menyeimbangkan diri agar tidak roboh.
"Menurut lo kita bakal tawuran sampai kapan?"
Pertanyaan Mitha beberapa waktu lalu mengisi benak Riam. Saat itu Riam menatapnya, keheranan. Mitha mungkin adalah salah satu yang paling menyukai pertarungan mereka, ketika berkelahi, ia menjadi membabi buta, nyaris gelap mata. Seolah tawuran adalah pelampiasannya tentang kekecewaan pada hidup, pada keluarga. Jadi, kenapa sekarang pertanyaan itu keluar dari mulut Sasmitha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: ZETA [Completed]
Teen FictionMISI BALAS DENDAM: Pacari Riam. Buat dia jatuh cinta. Patahkan hatinya. *** Riam Zarel Albion adalah si Pengatur Strategi di Orion, penguasa SMA Bucin yang tidak terkalahkan. Gantengnya tidak manusiawi, otaknya tidak membumi, tetapi kesombongannya j...