Buru-buru up! Typo dan kesalahan lain, silakan dikoreksi ^^
***
"Hari ini jadi, ke rumah Saga?" Ojan terdengar tersengal ketika ia tiba di depan Mitha setelah upaya mengejar langkah cowok itu.
"Jadi. Lo atur aja dah anak-anak. Ntar sore. Jam empat. Jangan telaaat!"
"Siap, Bos. Angkuuut~"
Kemudian, suara cempreng cowok itu tidak terdengar lagi. Masih dengan tersengal ia kembali berlari menjauh, membuat Mitha terkekeh melihatnya dan mengistirahatkan lengan di pundak Riam. Yang segera ditepis oleh yang bersangkutan.
"Am, lo ikut kan?"
"Ya."
"Mau barengan apa berangkat sendiri, nih?"
"Sendiri."
Atas kurangnya jawaban yang diberikan Riam, Mitha berdecak. Ia mengedarkan pandang, dan tiba-tiba saja, satu ide menghampirinya.
"Una, tuh!"
Seketika, Riam menoleh, ke arah koridor yang ditunjuk Mitha. Yang terjadi berikutnya adalah Mitha yang tergelak, terpingkal-pingkal sembari memukuli pundak Riam. Dia tidak pernah menyebut dirinya jenius. Namun sekali ini, ia bahkan berhasil membodohi si pengatur strategi di Orion.
"Bucin, mampus, lo!"
"Apa, tuh?" Riam menjawab setenang mungkin. Meskipun wajahnya terasa terbakar oleh olok-olok Mitha barusan. Diam-diam Riam membuat pengingat di kepala untuk tidak pernah jatuh ke dalam jebakan Mitha lagi.
"Bucin, lo nggak tahu masa?"
"Buana Cendekia?"
Mitha membelalak, sementara yang ditatapnya hanya mendelik. "Mampus, teman gue udah bucin, kudet lagi."
Bukannya Riam peduli dengan bahasa-bahasa alien semacam itu. Jadi ia hanya mengendik. Langkahnya menuju parkiran terhenti di ambang pintu kelas IPA 5, yang letaknya dekat gerbang. Pasalnya, di depan mereka, Tyo, seorang anak Orion yang lain dari IPS 1 sedang berada di depan kelas itu, tangannya meraih tangan cewek itu, tatapannya memohon.
"Plis, Yang. Sumpah, kemaren itu aku main futsal doang sama anak-anak. Nggak jalan sama cewek lain, kok!"
"Halah, bo'ong!" Suara cewek itu melengking ketika ia menepis tangan Tyo. "Kalau sama temen-temen kamu, terus kenapa telepon aku nggak diangkat?!"
"Kan main futsal, gimana mau ngangkat? Yang ada hapeku ketendang."
"Seenggaknya kabarin dulu, kek!"
"Iya, iya. Aku minta maaf, ya. Plis. Plis, Yang!"
Pertengkaran ini sepertinya akan terus berlanjut, tidak ada tanda-tanda berhenti. Seperti gerimis hujan yang awet. Kabar buruknya, drama mereka menghalangi jalan, menjadi tontonan anak-anak di koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: ZETA [Completed]
Genç KurguMISI BALAS DENDAM: Pacari Riam. Buat dia jatuh cinta. Patahkan hatinya. *** Riam Zarel Albion adalah si Pengatur Strategi di Orion, penguasa SMA Bucin yang tidak terkalahkan. Gantengnya tidak manusiawi, otaknya tidak membumi, tetapi kesombongannya j...