37. Delta, Epsilon, Zeta

19K 3.6K 578
                                    

Kemaren kalian hebat votes tembus 1k

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemaren kalian hebat votes tembus 1k. Lanjutkan, ya! Happy reading~ 🥰

***

Malam datang dengan cepat bersamaan dengan suhu udara yang menurun drastis. Karenanya, Mitha merasa perlu untuk menyalakan api unggun. Dengan keterampilan yang ia dapat dari ekskul Pramuka, cowok itu telah mengumpulkan ranting dan menyalakan kulit kayu kering lebih dulu dengan korek api. Tidak lama, lidah api membesar, berderak-derak menjilati ranting.

Riam mengambil tempat di salah satu sisinya sejak jaket yang ia pakai tidak terasa cukup hangat. Ia memaparkan telapak tangannya ke dekat api, menggosok-gosokkan kedua tangan tersebut, lalu menyedekapkannya.

Una yang memerhatikannya dari sisi lain sampai mengernyitkan alis. Ia segera berbisik pada Ais. "Kirain dia itu manusia es, ternyata bisa kedinginan juga."

"Siapa?"

"Iyam, lah!"

Bukannya menanggapi, Ais justru tertawa sembari menyenggol cewek itu. Sepertinya dengan mudah, mereka menjadi akrab. "Cieee yang merhatiin banget~"

"Enggak!"

"Iya~"

"Eng─" Una berdeham, lalu matanya dengan cepat menyapu sekitar, mencari topik pembicaraan baru. "Btw, gue laper. Kalian laper, nggak sih?" Tangannya bertengger di perut ketika dia menoleh pada semua orang. "Dingin nih kayaknya, makanya gue kelaperan."

"Ah elo mah emang perut karung, Na, sok bilang dingin." Mitha termakan umpan itu.

Pada akhirnya, ia menawarkan diri untuk membelikan makanan, bahkan menyediakan opsi antara nasi goreng dan jagung bakar, yang tentu saja kedua-keduanya disambut dengan begitu antusias oleh Una dan Saga. Setelah beberapa perdebatan, Mitha dan Ais pergi untuk mencari jagung bakar sementara Saga dan Fay mencari minuman hangat. Riam tidak ingin kemana-mana. Sudah cukup jalan-jalannya.

Sambil duduk di dekat api unggun yang hangat, memperhatikan lidah api yang bergoyang, atau percikan yang tercipta tiap kali satu ranting patah, Riam bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan teman-temannya. Sudah cukup lama sejak mereka pergi. Saga mungkin sedang pacaran sekarang, melihat dari bagaimana mereka bahkan berpegangan tangan saat pergi tadi. Dan Mitha ... seperti biasanya, tatapannya selalu terfokus pada satu orang, Ais. Riam mulai bertanya-tanya, seperti itukah orang yang jatuh cinta? Tatapan cowok itu lembut, begitu memuja, seolah Ais-lah yang telah menggantung bulan di langit dan menaburkan bintang-bintang. Jika Mitha ingin menyatakan perasaan, sekarang lah saat yang tepat, mungkin sambil menatap jagung di pembakaran.

Oke, kenapa juga Riam peduli?

Di sampingnya, Una tampak grasak-grusuk. Cewek itu dengan heboh mencari-cari hingga dasar tasnya sebelum berseru 'ketemu!' dengan girang. Ketika Riam menoleh, di tangannya terdapat sebuah teropong binoklar.

Orionis: ZETA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang