Judulnya ngajak berantem emang XD
Ramaikan vote dan komentar, ya~ Happy reading!
***
Apa yang Riam yakini adalah, tadi malam dirinya mengalami brownout. Ia tidak bisa lagi mengingat beberapa hal setelah gelasnya yang ke-empat. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa pulang, yang ia tahu, ia terbangun di rumah Saga, dan ada noda muntah di bajunya. Ia bahkan tidak mengingat dirinya sempat muntah.
Tetapi, ada beberapa hal yang ia ingat. Seperti Saga yang menyokongnya, dan hampir membuat mereka berdua jatuh terjerembab, Saga yang merebut ponselnya, dan ... Gods forbid, kalau boleh memilih, Riam tentu lebih baik tidak mengingatnya. Tetapi kenapa ... ingatan itu begitu jelas di kepalanya.
"Oke, kita pacaran." Itu yang dia katakan.
Sekarang kenangan akan tindakan impulsifnya menari-nari di kepala, menerornya sedemikian rupa. Mulai hari ini, Riam bersumpah ia tidak akan pernah menyentuh alkohol lagi.
Sekarang harus apa?
Meski dengan wajah yang tidak memberikan petunjuk emosi apapun, nyatanya pikiran Riam sedang berkecamuk. Ia turun dari ranjang UKS begitu merasakan mual dan sakit kepala yang ia alami sebagai sisa efek dari teler berat kemarin mulai mereda, mematut dirinya di depan cermin setengah badan, lalu melangkah ke luar.
Rupanya, saat itu masih jam istirahat, terlihat dari ramainya selasar. Lalu, seperti Tuhan tidak bersedia memberi jeda bagi Riam untuk mendinginkan kepala, ia melihatnya. Cewek itu. Cewek yang tadi malam dengan enteng ia ajak pacaran.
Seketika, sudut mata Riam bergerak ke segala arah, mencari jalan lain yang bisa ia lalui tanpa harus membuatnya bertemu Una. Atau ia akan ...
"Riam!"
Seseorang melambai di ujung selasar. Bukan Una. Denis ternyata masuk hari ini setelah kemarin bolos. Dan Riam dapat mengerti alasannya kali ini. Luka-luka di wajahnya masih membekas, walaupun dari jarak Riam berdiri sekarang, thanks to Bujangga Sagara Osadi. Maka, tidak ada lagi jalan lain, tidak mungkin berpura-pura tidak melihat Denis saat kepalanya telah menoleh atas panggilan itu. Maka, memasang wajah ketusnya, ia berjalan, memfokuskan pandang pada Denis, mengabaikan Una yang ia lewati.
Adahal hal yang cukup mengagetkan cewek itu tidak melompat ke arahnya, atau setidaknya ... memanggil namanya. Mereka berpapasan begitu saja, tanpa sepatah kata.
***
"Lo deket, sama Denis?"
Mitha tiba-tiba saja bersuara. Jam sekolah telah berakhir, dan Riam bahkan tidak tahu sejak kapan cowok itu muncul di ruang kelas IPA 1 dan berdiri di sisinya. Riam menyelesaikan pekerjaannya memasukkan buku-buku ke dalam tas, menarik zippernya dengan benar, lalu mendongak kembali pada cowok bertubuh besar itu. Tampang Mitha yang merengut benar-benar tengah mengkhianati penampilan badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: ZETA [Completed]
Teen FictionMISI BALAS DENDAM: Pacari Riam. Buat dia jatuh cinta. Patahkan hatinya. *** Riam Zarel Albion adalah si Pengatur Strategi di Orion, penguasa SMA Bucin yang tidak terkalahkan. Gantengnya tidak manusiawi, otaknya tidak membumi, tetapi kesombongannya j...