20. Efek 60%

22K 3.5K 694
                                    

Tebak-tebakan dulu boleh, dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebak-tebakan dulu boleh, dong. Kira-kira di telepon Riam ngomong apa?

***

Pada selasar koridor menuju kantin siang itu, Riam menghentikan langkah. Nampaknya, rencananya untuk makan siang bersama Mitha dan Saga, sekalian membahas ketegangan kecil yang sempat terjadi dalam tubuh Orion, harus tertunda untuk sementara. Karena di sana, ia melihat Mas Rino, pelatih renang yang biasanya hanya berkeliaran di Gedung Olahraga dan hanya pada jam mengajarnya itu sekarang tampak mengobrol di tengah selasar bersama seseorang yang tampak sepantaran dengannya, dua puluh lima tahun atau di atasnya sedikit. Riam tidak bisa kabur dengan mudah.

"Riam!"

Seperti dugaan. Ia tidak mungkin lolos hidup-hidup dari sini. Riam mengangguk pada Mas Rino, kemudian melempar senyum tipis seraya mendekat. Laki-laki yang sedang mengobrol dengan Mas Rino itu menghentikan ucapannya tepat ketika Riam berada di hadapan mereka. Kepada Riam, ia seakan memberikan tatap menilai.

Tidak seperti Mas Rino yang mengenakan kaus polo lengan pendek dan celana olahraga berlogo SMA Buana Cendekia, lelaki itu mengenakan celana bahan yang licin, kemeja rapi, dan sepatu pantofel. Seorang guru? Yang jelas, Riam belum pernah melihatnya.

"Riam. Kamu kok absen berapa hari ini dari latihan? Turnamen sudah makin deket, loh." Ucapan Mas Rino membuat Riam memutuskan kontak singkatnya. Ia menoleh kepada sang pelatih. "Sayang, kan. Rekor kamu sudah bagus, tapi kalau nggak terus dilatih, performa kamu bisa menurun."

Sebelum Riam menjawab, Mas Rino kembali membuka kalimat baru. Lawan bicaranya kali ini bukan lagi Riam. "Omong-omong, Pak Atlas, ini Riam, anak bimbingan saya yang mau ikut turnamen ASC nanti, anak berprestasi juga, Pak. Dan Riam, ini Pak Atlas. Kalian belum pernah ketemu, kan? Guru BK biasanya ketemu yang melanggar peraturan aja."

Kedua orang dewasa itu terkekeh, sementara Riam memberikan anggukan singkat sebagai bentuk sopan santunnya.

"Jadi kenapa kamu nggak latihan, Riam?'

"Itu ... maaf, Mas. Lengan saya terluka. Masih belum kering total. Minggu depan saya latihan lagi."

"Lengan kamu kenapa, emangnya?" tanya Pak Atlas, guru baru itu.

"Enggak, cuma ... jatuh, dari motor." Oke, Riam biasanya memiliki otak yang dapat diandalkan dengan cepat, dalam siatuasi terdesak sekalipun. Namun mengarang alasan bukan salah satu keahliannya.

"Kok bisa jatuh dari motor? Kamu ngebut, ya?" Mas Rino menimpali, untungnya. "Makanya hati-hati, Riam. Turnamen kali ini sangat penting, bukan hanya untuk kamu pribadi, tapi juga nama baik sekolah."

"Iya, Mas. Saya akan ngasih yang terbaik."

"Gitu, dong. Semangat, ya! Eh ini, kamu mau ke kantin, ya? Malah diajak ngobrol. Yaudah, sana, sana. Isi tenaga dulu yang banyak."

Orionis: ZETA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang