Males bikin media 😂
Yang jelas, kalian hebat sekali kemaren berhasil melampaui target. Padahal aku ga bilang kalau tercapai bakal update 🤣 *digebukin*Happy reading ❤
***
Dalam hitungan Riam, rapat itu berlangsung amat lama. Rapat yang dihadiri pihak sekolah, orangtua murid, dan ... Saga. Ia tidak bisa ikut masuk ke dalam, jadi hal terbaik yang dapat ia lakukan adalah menunggu, tanpa daya.
Kadang, terdengar bunyi cukup keras dari dalam, suara yang dinaikkan, ataupun benturan sesuatu dengan meja, atau lantai. Tetapi, selebihnya samar hingga tidak terdengar. Membuat Riam sulit untuk menyimpulkan. Ia hanya bisa menebak-nebak. Dan Riam, sama sekali tidak menyukai tebakannya.
Para wali murid itu ingin Saga keluar. Sebagai ketua Orion, sebagai pemimpian sebuah gang tawuran, tanggung jawab itu bergelayut di pundaknya. Orang-orang tua itu tidak peduli bagaimana sebenarnya Saga, yang mereka tahu, Orion berkelahi, Mitha meninggal, dan Saga adalah ketuanya. Saga adalah pihak yang akan mereka persalahkan. Yang lebih buruk, mengenal Saga, dia ... mungkin juga akan menerimanya, menyalahkan diri sendiri.
Ketika pintu ganda itu akhirnya terbuka, Riam menegakkan tubuhnya. Wajah Saga yang biasa-biasa saja, seperti tidak ada yang terjadi menyambutnya. Cowok itu bahkan sempat-sempatnya melontarkan candaaan, yang langsung ditepis Riam. Ia sangat tidak mood untuk mendengar lelucon Saga saat ini.
"Gimana hasilnya?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Gue ngundurin diri." Seperti dugaannya. Meskipun begitu, tetap saja, ada sebagian dari diri Riam yang masih mempertanyakan keputusan itu.
"Kenapa?"
"Capek sekolah, gue mau jadi bapak rumah tangga aja."
Nggak lucu. Sama sekali nggak lucu. Riam memandangi punggung Saga yang berjalan lebih dulu menyusuri lorong. Lalu, cowok itu mengalihkan topik pembicaraan mereka. Lagi.
Tidak malam ini.
Riam telah memerintahkan seluruh anak-anak Orion untuk hadir malam ini, di markas utama. Seperti ruangan ekskul lain di gedung olahraga, ruang latihan tinju masih dapat diakses hingga jam sepuluh malam, mengingat sebagian siswa kadang bisa berlatih hingga selarut itu. Tempat itulah, yang menjadi langganan anak Orion berkumpul, untuk sekedar latihan, istirahat, atau ketika mereka perlu mengadakan pertemuan. Seperti malam ini.
Malam ini, seharusnya, Saga datang. Jika ia peduli pada Orion, dia pasti datang.
Jadi ketika jam dinding di ruangan sudah menunjukkan hampir setengah jam lewat dari waktu berkumpul yang disepakati dan anak-anak mulai gelisah dengan keabsenan cowok itu, Riam masih duduk tenang menyandar pada ring tinju. Ia tidak mengirimi Saga pesan seperti yang beberapa kali dilakukan Tyo atau coba melakukan panggilan telepon seperti Gito.
"Nggak diangkat, bro," desah Gito.
"Gimana kalau Saga nggak dateng? Lo bakal tetep ambil keputusan buat Orion, kan?" Tyo bertanya seraya menatapnya. "Asli, gue marah banget sama nyokap gue. Bisa-bisanya berpikir sepicik itu soal Saga!
Riam menatapnya balik. Sekarang setelah Saga memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah, dan lepas kepergian Mitha, Riam berdiri sendiri. Tanggung jawab yang besar ini Saga titipkan di pundaknya. Sekarang, Riam harus membuat keputusan sendiri, dan tidak boleh gegabah.
"Dia bakal dateng," jawab Riam. Datar, di antara banyaknya percakapan sekitar. Namun Tyo mendengarnya, begitu pun Gito, begitu pun yang lain.
Pintu ruang tinju terbuka, semua orang menatap kepada Saga yang menyengir tanpa dosa. "Oi! Apaan nih, berisik banget?!" serunya, sekaan ini adalah hari-hari biasa, seakan hal paling berat yang baru dihadapi Orion adalah kehabisan gorengan langganan, bukannya sebuah kehilangan besar, bukannya dua buah kehilangan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: ZETA [Completed]
Teen FictionMISI BALAS DENDAM: Pacari Riam. Buat dia jatuh cinta. Patahkan hatinya. *** Riam Zarel Albion adalah si Pengatur Strategi di Orion, penguasa SMA Bucin yang tidak terkalahkan. Gantengnya tidak manusiawi, otaknya tidak membumi, tetapi kesombongannya j...