Siap kenalan lebih dekat dengan RIam?
Bantu ramaikan bagian komentar, ya! Happy reading~🌒🌓🌔
Matahari ini membunuhnya.
Matahari jam tiga sore di bawah langit Jakarta Utara adalah salah satu hal yang amat dibenci Riam, selain orang bodoh. Bukan tanpa alasan Mitha kerap memelintir namanya menjadi Riam Albino meski harus mendapat geplakan buku di kepala oleh Riam. Dan Mitha serta buku adalah dua kutub yang saling bertentangan. Riam memiliki kulit yang pucat, begitu pucat hingga Saga memanggilnya Putri Salju. Warna kulit yang bahkan lebih terang dari kebanyakan wanita. Efek sampingnya, kulitnya begitu mudah memerah jika terpapar matahari dalam hitungan menit saja. Belum lagi silau yang membuat kemampuan melihatnya amat berkurang.
Entah apa yang membuatnya setuju-setuju saja ditarik Saga keluar dari Lexus LS putihnya yang nyaman, lalu berdiri di bawah sengatan matahari, menonton orang-orang bodoh menghabiskan energi mereka dengan berkelahi membabi buta, tanpa teknik apa-apa. Benar-benar mubazir bagi makanan yang telah masuk ke perut mereka.
Seperti sekarang.
Saga dan Mitha telah menyongsong yang lain ke arena pertarungan. Riam menurunkan topi hitamnya demi menghalau lebih banyak sinar matahari. Lalu membenarkan letak earphone di telinganya, membiarkan samar musik dari beberapa dekade sebelumnya mengisi. Sementara matanya masih lekat mengawasi di tiga arah.
Di sini, di tempatnya duduk sekarang, pada atap mobil yang diparkir di bawah pohon Kersen setinggi lima meter, Riam dapat memantau segalanya. Jalan di kedua sisinya serta keadaan di medan. Tawuran masih berlangsung di tanah lapang di belakang bekas pabrik sepatu. Bangunan itu telah runtuh sebagian, menyisakan puing-puing dan dinding-dinding kusam yang dipenuhi coretan cabul.
Jika adegan ini adalah sebuah film, maka inilah konfliknya. Dari kejauhan, Riam dapat melihat Mitha mengambil jeda sekian detik untuk mengusap pipi, lalu mengamuk. Mitha selalu mengamuk jika sudah berada dalam satu pertempuran, tapi sekali lihat pun Riam bisa tahu, ia bisa jadi sepuluh kali lipat lebih berbahaya dari biasanya. Cowok itu memukuli lawannya yang telah jatuh di tanah, tak jauh dari sana, Pasha, jagoan kelas sepuluh tengah berduel dengan salah satu senior sekolah musuh. Tongkat kasti melawan gear. Sepertinya Pasha akan menang.
Dan, sementara Mitha gelap mata hingga meraih balok kayu untuk menghajar musuh, Saga masih menyempatkan diri mengudap Cheetos meskipun dirinya berada di zona merah. Tampak terlalu nyaman. Mereka tampak bersenang-senang di sana. Sedangkan di sini sedikit membosankan hingga Riam nyaris tertidur. Hingga, getar ponsel yang tidak memiliki nada dering membuyarkannya.
Mama.
Riam mengangkatnya setelah satu menit penuh. "Ya?"
Sebenarnya, adalah hal yang jarang terjadi dimana ibunya menelepon begini. Seharusnya, Riam bersemangat. Harusnya, ia penasaran. Namun ini ibunya dan berekpektasi apapun pada wanita itu hanya akan menyakiti diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orionis: ZETA [Completed]
Teen FictionMISI BALAS DENDAM: Pacari Riam. Buat dia jatuh cinta. Patahkan hatinya. *** Riam Zarel Albion adalah si Pengatur Strategi di Orion, penguasa SMA Bucin yang tidak terkalahkan. Gantengnya tidak manusiawi, otaknya tidak membumi, tetapi kesombongannya j...