23. Balas Dendam

93 7 0
                                    

Leo duduk termenung sambil menunggu Rasya dan Wulan mengganti pakaian nya yang basah. Tidak sulit bagi Rasya untuk membeli seragam baru di koperasi. Tentunya Wulan juga dibelikan.

Mereka bertiga ada di UKS setelah kejadian buruk tadi. Sebenarnya Jeni baru saja pergi ke kelas untuk memberikan informasi pada yang lain. Dan Nicho kembali ke kelas juga dengan paksaan Leo mengingat ini sudah bel masuk. Jika bukan dengan ancaman Leo akan marah pasti Nicho masih tetap di UKS sekarang.

"Kak Leo gapapa?" Tanya Rasya cemas.

"Gapapa Sya gue tadi cuma pura-pura jatuh." Leo tertawa kecil mengingat kejadian itu. "Lo sendiri sama Wulan gimana?"

"Gue gapapa kok kak, makasih ya udah nolongin gue sama Rasya. Kalau gada kak Leo gatau lagi tadi jadi gimana." Wulan menunduk sedih.

"Lagian kenapa bisa-bisanya sih mereka bully kalian? Emang kalian buat masalah sama mereka?" Tanya Leo penasaran.

Baru Rasya ingin menjawab Wulan mendahului nya dengan tatapan sedih. "Ini semua gara-gara gue kak, mereka bully gue gara-gara tau kalau gue kerja di club. Sedangkan cuma Rasya yang mau temanan sama bela gue, jadi dia ikut di bully kak. Maafin gue ya Sya?"

"Gapapa kok Lan, kamu juga salah satu siswa disini yang mau temenan sama aku. Hem..aku kan juga gak banyak temen."

"Lo masih kerja disana?!"

"Ma-maaf kak." Wulan tertunduk lagi, ia tidak tau harus berbuat apa. Hidupnya sudah terlalu sulit dijelaskan.

"Bukannya lo udah keluar bareng gue waktu itu?" Leo mengingat kejadian 2 tahunan lalu. Itu adalah keputusan paling bodoh yang pernah Leo ambil. Berkerja di club. Jangan salah sangka, ia hanya bertahan 2 Minggu disana, itu pun tidak berbuat hal yang tidak-tidak.

Ia bekerja bersama Wulan di club sebagai bartender sebelum ketahuan bundanya. Setelah itu, baru ia menerima ajakan Rehan untuk berkerja di cafe. Payah sekali, padahal Leo lumayan menikmati pekerjaan sebelumnya. Meracik rum, wiski, ataupun vodka menjadi cocktail yang membuat candu tamu yang dilayaninya. Kerena niat Leo adalah memberikan kenikmatan dibalik setiap tegukan minuman yang ia sajikan. Bukan kenikmatan tubuhnya! Ingat itu.

Jadi jangan bayangkan Leo bekerja menggunakan pakaian yang seksi untuk menarik tamu. Berbicara pun Leo jarang. Ia senang bekerja disana tentunya karena gaji yang besar. Apalagi club itu merupakan milik orang yang sudah ia kenal. Anggap saja bekerja seperti main ke rumah teman.

Tapi setelah Leo bertobat, kenapa bisa-bisanya Wulan masuk kedalam lubang yang sama? Leo menatap Wulan bingung karena gadis itu tetap diam tak mau menjawab pertanyaannya.

"Lo masuk lagi?"

"Gue terpaksa kak. Ibu gue sakit, gue gak tau lagi harus cari kerja dimana. Gue baru kelas 2 SMA. Satu-satunya jalan terpaksa gue bekerja sama kak Luis lagi." Wulan tertunduk lesu, sebenarnya ia juga tidak mau bekerja seperti ini. Tapi ia benar-benar terdesak finansial, dan ini menyangkut nyawa ibunya serta kehidupan adiknya di masa depan. Tidak ada lagi sosok kepala keluarga yang bisa ia harapkan untuk menanggung kebutuhan hidup mereka.

"Udah berapa lama?"

"2 bulan kak."

"Kamu kenapa gak pernah ngomong sih Lan? Kamu kan punya aku, aku bisa bantuin lo kamu kok. Apalagi ini mengangkut ibu kamu, aku ikut khawatir." Rasya mengguncangkan bahu Wulan pelan, teman nya ini berbohong padanya. Ia bilang ingin menabung uang untuk membeli rumah agar ia tidak lagi mengontrak dengan ibu dan adiknya. Tapi ternyata uang itu untuk pengobatan ibunya. Rasya benar-benar merasa seperti teman yang tidak berguna.

"Udah cukup gue ngerepotin lo Sya. Waktu itu lo udah pernah biayain operasi ibu gue. Bahkan lo bayarin tunggakan spp gue dan adik gue. Gue gak mau lagi, lo terlalu baik dan gue gak bisa bales kebaikan lo itu. Gue malu Sya." Air mata Wulan mulai turun deras, ia menderita. Kenapa takdir begitu menyakitkan baginya. Ia hanya ingin hidup normal seperti layaknya remaja di bangku SMA.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang