5. Hot coffee

256 17 0
                                    

Leo pov

Pagi ini ku harap hidupku akan lebih baik. Semoga saja. Hidup ku tak pernah sekacau ini sebelum nya. Kacau karena ulah para cowok bodoh yang selalu mengikuti ku. Tapi itu rasanya mustahil saat aku melihat batang hidungnya sudah turun dari mobil dan berjalan ke arah rumahku. Pagi pagi begini!

"Leo."

Aku mendengar suaranya, tapi tak ku hiraukan. Memang nya dia siapa! Mending aku fokus dengan kegiatan ku yang sedang memandikan bunga-bunga bunda pagi ini.

"Leo i'm so sorry. Aku nggak akan ngulangin lagi hal kaya gitu. Please don't angry again."

Dari gaya bahasanya pasti tau kan siapa? Aku malas untuk menyebutkan namanya. Teringat saat aku bagaikan barang yang di rebutkan di tempat umum. Muak rasanya! Aku kan nggak cantik-cantik amat.

Tidak sopan memang membentak nya dengan kasar, bahkan pergi begitu saja dari cafe semalam. Pasalnya aku cuma pegawai nya bukan? Mana ada pegawai sekasar aku, tapi semalam memang aku tak tahan untuk tidak memberikan umpatan. Mungkin jika bos lain akan marah, tapi kini dia malah yang meminta maaf. Bahkan datang ke rumah ku sepagi ini, saat aku masih memakai celana boxer dan kaos lengan pendek. Oh Ya Tuhan...

"Kamu masih marah Le?"

Bisa-bisa nya dia bertanya seperti itu, apa tidak lihat dari gelagatku? Anak kecil pun pasti tau kalau aku masih marah.

"Aku mau mandi kak, udah siang. Nanti telat sekolah nya."

Dan lihat, aku meninggalkannya begitu saja. Apa aku ini memang terlalu bodoh menolak perasaannya. Dia orang yang baik, tajir dan cukup tampan. Tapi mau dikata apa lagi jika hati sudah berpaling.

"Ehh nak Rehan. Kenapa di situ. Ayo masuk masuk." Itu suara bunda, pasti menyuruhnya masuk. Ahh..bunda ini nggak tau kalau anak nya lagi marah sama manusia itu.

**

"Bun Leo berangkat ya."

"Bang, Ona berangkat. Assalamualaikum."

Bang Rafi hanya mengangkat jempolnya seraya menyesap kopi kesukaannya pagi ini.

Setelah menyalami 2 orang kesayangan ku itu aku berniat cepat-cepat berangkat, tapi lagi dan lagi dia menghalangi ku.

"Le?"

"Loh kak Rehan belum pulang?"

"Gue anterin sekolah ya."

"Tap-"

"Tadi gue udah izin sama bunda lo, katanya boleh."

"Ish bunda..."

"Yuk keburu telat ntar. Nanti ketemu pak Suratno lagi." Dan aku hanya pasrah saat tangan ku ditarik olehnya.

Yaa..dengan terpaksa aku harus di antar oleh nya. Memang dia keras kepala, mau apa lagi.

"Jangan marah lagi ya Le?"

"Gue nggak akan marah, kalau kak Rehan nggak ngulangin itu lagi. Gue malu tau kak. Emangnya gue cewek apaan."

"Iya gue tau gue salah. Gue cuma nggak suka aja lo di deketin sama temen lo yang sok ganteng itu."

"Dia kan cuma temen, lagian gue juga nggak ada masalah kalo dia deket gue." Walaupun sebenarnya masalah, Aga itu terlalu berisik.

"Okay, i'm sorry." Dia menoleh padaku dan kembali fokus menyetir mobil mewahnya.

"Kak, gue boleh minta 1 permintaan?"

"Minta aja, apa yang nggak buat Leo."

Aku menghembuskan nafas pelan. Aku tak yakin ini akan berhasil, tapi aku sudah memikirkan nya semalam. Dan jika ia tak mau menuruti, aku akan keluar dari pekerjaan ini.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang