Langkah Aga memburu cepat menelusuri rumah bernuansa hijau itu. Ia tak habis pikir hal ini bisa terjadi. Ia merasa benar-benar tidak berguna. Rasa khawatir semakin menjadi ketika ia melihat kondisi rumah yang tidak lagi tapi, semuanya berantakan seperti kapal pecah.
Matanya langsung tertuju pada gadis yang duduk di samping bundanya, ia berlari dan langsung memeluk gadis itu, tidak perduli dengan siapapun yang ada disana.
"Aga?"
Leo dibuat bingung kenapa Aga tiba-tiba datang kesini, padahal ia tidak menelfon nya sana sekali. Sengaja agar Aga tidak melihatnya dalam keadaan yang tidak baik seperti sekarang.
"Sayang? Kamu gapapa?" Fero menggenggam tangan Jeni yang masih pucat pasi.
"Tadi Jeni sempet pingsan gara-gara kena pukul Fer." Ujar Arin.
"Astaga! Siapa yang berani-beraninya melukai kamu. Apa yang sakit baby? Kita ke rumah sakit ya?" Tak ada raut bercanda dari wajah Fero yang biasanya ceria itu. Ia terlihat sangat khawatir, terus saja menatap Jeni yang hanya tersenyum simpul.
"Aku gapapa Fer, Leo yang luka. Kita ke rumah sakit nunggu kalian." Jeni mengelus pelan wajah tampan Fero.
"Lo gapapa kan Rin?" Bima memastikan.
Arin membalas dengan senyuman. "Gapapa Bim, cuma masih shock aja."
Bima mengangguk paham. "Tante Jihan sama bang Rafi gapapa kan? Ada yang luka?"
"Gue sama bunda alhamdulilah gak kenapa-kenapa kok Bim. Tapi katanya kita perlu ke rumah sakit semua buat cek." Ujar Rafi.
Aga melepaskan pelukannya, menetap seseorang di depannya. Rasa khawatir, sedih, kecewa, dan lega saat Leo masih ada di dunia ini bercampur aduk di benaknya.
"Bunda Aga minta maaf ya, Aga khawatir banget sama Ona." Ujar nya menoleh ke arah Jihan. Ia rasa tindakan nya tadi kurang sopan yang langsung menghamburkan peluknya pada Leo padahal jelas-jelas ada bundanya di samping nya.
"Gapapa Aga, bunda ngerti kok."
"Aga juga minta maaf ya bang?"
Rafi hanya mengangguk, sebenarnya Rafi masih tidak suka adiknya dipeluk erat seperti tadi. Tapi karena yang memeluk Aga, Rafi masih bisa menoleransi.
"Kita ke rumah sakit sekarang ya Na?"
"Gue gapapa Ga." Leo menghela nafas, ia benar-benar malas ke tempat itu.
"Naa..."
"Tapi Ga-"
"Bener kata Aga Leo, luka kamu itu harus di obati."
"Iya bunda." Leo tertunduk lesu.
"Gue pakai mobil Jeni ya, gak mungkin dia nyetir sendiri. Bim lo pakai mobil gue aja ya?" Ujar Fero sambil membantu Jeni berdiri.
"Ona sama gue aja. Nanti biar bang Rafi sama bunda ikut Bima." Aga juga membantu Leo berdiri tanpa di minta, kalau saja tidak ada orang sebanyak ini Aga pasti dengan suka rela menggendong Leo.
"Gue ikut Jeni sama Fero aja deh." Arin mengambil tasnya dan bangkit dari kursi.
"Ayo." Bima membantu Rafi dan mendorong kursi rodanya pelan. Semua nya juga mengikuti langkahnya dan naik ke mobil masing-masing.
"Ke rs. pelita ya?" Ujar Fero yang memimpin di depan.
Anggukan dari Bima dan Aga menjadi tanda untuk segera menjalankan mobilnya. Fero masih terus menggenggam tangan Jeni, tidak mau melepaskan nya.
Ketiga mobil itu berjalan menyusuri jalanan yang sedang mendung itu. Hingga mobil merah itu menyalip kedua mobil yang ada di depannya. Melesat jauh meninggalkan yang lain di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
JugendliteraturCowok tampan dengan perawakan tinggi tapi pikiran nya ketuker sama anak TK, itu Aga. Kadang bisa jadi balita kadang bisa jadi monster.- Leo Cewek sengklekan berwajah bidadari itu namanya Leo, tapi gue lebih suka panggil Ona. Tomboy dan urakan, untun...