4. Taruhan

360 23 0
                                    

"Assalamualaikum. Leo pulang."

"Waallaikumsalam. Eh anak bunda udah pulang. Udah solat isya belum?"

"Udah bun tadi di cafe. Leo ke kamar dulu ya capek."

"Yoi."

Untung lah tadi Jihan sedang berkutik dengan benang dan jarum, jika tidak pasti sudah di pastikan melihat wajah Leo. You know lah.

Leo membuka tudung hoodie yang menutupi kepalanya itu. Ia melihat cermin dan meneliti secara detail wajahnya.

"Memar nya udah lumayan ilang. Manjur juga nih obat dari kak Rehan. Obat apa ya ini?" Leo melihat dengan seksama salep putih yang ada di jarinya itu.

"Pasti mahal nih tadi. Ck, gue jadi utang Budi lagi sama tuh orang. Kenapa sih baik banget."

Ia mengusap salep itu ke memar di pipinya, tak ada mimik wajah yang terlihat kesakitan. Hanya datar yang terpasang.

"Semoga besok udah ilang lah. Gue banyakin aja nih salep. Biar glowing sekalian kaya kata Arin."

"Yahh...pikun gue, harusnya kan mandi dulu baru kasih salep. Ah biarin lah mandi besok pagi aja. Males banget dah gue."

Gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur, hari ini benar-benar melelahkan. Ia membuka benda pipih nya. Melihat dalam ke arah foto yang tergambar disana.

"Ayah.."

"Leo kangen."

"Tadi Leo berantem lagi di sekolah, kalo bunda sampai tau bisa di geprek Leo. Tapi kalau ayah pasti malah seneng. Karena Leo berhasil tumbuh jadi cewek kuat. Iya kan yah?"

"Ayah yang tenang disana. Dan Leo mohon, bangga lah juga sama bang Rafi. Dia pinter banget yah."

"Good night Daddy."

Ia menutup ponselnya dan menarik selimut Doraemon kartun favorit nya. Rasa hangat yang sangat nyaman membuat raja rimba itu tertidur pulas.

**

Baru saja tangan itu akan memutar kenop pintu kamarnya, sebuah tangan lain menghentikan gerakan itu. Sontak saja ia menoleh dengan sedikit terkejut.

"Kak Rio! Apaan sih?"

"Lo yang tadi kenapa?"

Aga kemudian memudarkan wajah marahnya, ia hanya tersenyum kecil. Jadi teringat dinner nya bersama Leo tadi.

"Wah sakit nih anak. Hoyy! Ngapain senyum-senyum sendiri."

"Aduh! Ya nggak usah pake nonjok segala dong."

"Heh! Gue tuh khawatir sama adek kesayangan gue ini." Rio menarik telinga Aga pelan.

"Ohh.."

"Emm..kak.. mau tanya nih gue."

"Masuk ke kamar lo aja deh." Rio mendahului masuk dan langsung duduk di pinggiran kasur. "Tanya apaan?" Sambil menyeruput susu putih kesukaan nya.

Aga menutup pintu dan tiduran di belakang Rio. "Kalo jatuh cinta rasanya gimana ya?"

"Uhuk..uhuk.." Mata Rio membelalak kaget. "Apa? Coba lo ulang lagi?"

"Jatuh cinta itu rasanya gimana?"

Rio hanya terdiam dan memandang penuh arti orang di belakangnya itu. Adik yang selama ini ia pikir homo ternyata sedang jatuh cinta. Ia harus laporkan ini pada mamanya, pasti sang mama akan senang bukan kepalang. Dan kerena mood mama nya baik, pasti uang jajan nya akan di tambah. Maklum dia di kantor kan hanya duduk-duduk santai belajar mengenai perusahaan papa nya, walau sebenarnya dia masih kuliah semester akhir.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang