"Onaaa...main yuk..." Suara itu sudah menjadi rutinitas di pagi Leo. Dan sudah menjadi kebiasaan Aga datang pagi-pagi saat weekend. Tak merasa bersalah sama sekali menganggu ketenangan batin gadis itu.
"Hem." Leo hanya bisa mendengus saat Aga terus saja mengetuk pintu kamarnya. Ia menutupi kepala nya dengan bantal supaya suara Aga tak terdengar lagi. Tapi percuma!
"Ona...bangooonnn..."
"Ona cantik aw aw."
"Bangun Na udah siang. Kalau nggak bangun gue susul nih."
"ONAAA..."
Leo sudah tidak tahan lagi dengan suara Aga yang menggangu tidur nya, apa bocah TK itu tidak tau jika Leo maraton drakor semalam.
"Akkhh..awas tuh orang!" Geram Leo marah. Ia mengambil guling dan membawanya ke arah pintu. Selamat menjadi dodol Aga.
"Onaa..bang-"
Bughh..
Guling itu mendarat tepat di wajah Aga membuatnya menghentikan kata-katanya.
"Mamam tuh guling! Berisik banget jadi orang!" Leo kembali masuk kamarnya dan menutup pintu itu keras di depan Aga. Ia loncat ke kasur bersiap untuk melanjutkan mimpinya.
Sementara Aga di luar sana hanya bisa diam seperti patung, ia menggeretakkan gigi nya. Teganya Leo berbuat seperti itu, padahal kan niatnya baik ingin membangunkan Leo.
"Sat!" Aga melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat terpotong walaupun kata awal nya tak berniat itu.
Ia menerobos masuk karena memang pintu kamar Leo tak lagi di kunci.
"Udah siang loh Na, nggak mau bangun juga?" Tanya Aga duduk di ujung kasur Leo.
"Gue masih ngantuk Ga, jam berapa sih?" Tanya Leo kesal.
"Jam setengah 7." Jawab Aga dengan santai nya. Leo membelalakkan mata, bisa-bisa nya Aga datang sepagi ini kerumahnya. Bahkan lebih pagi dari berangkat sekolah.
"Ga lo bener-bener ya!!" Leo langsung melempar kan benda yang ada di sekitar nya ke arah Aga. Bantal, guling, dan apa pun yang bisa ia gapai. Leo sangat kesal dengan bocah berbadan remaja itu.
"Eh eh kok gue di lemparin kaya gini sih Na?"
"Bisa nggak dateng nya siang aja! Atau nggak usah ke rumah sekalian. Lo nggak bosen apa ke rumah gue mulu, kalau rumah gue hidup nih pasti udah di lepehin lo biar keluar." Ujar Leo geram.
Aga malah tersenyum dan menggeleng kan kepalanya lucu. Ia menatap Leo dengan mata besar nya seperti anak anjing yang menggemaskan.
"Anjir nih anak gemes banget pengen gue cubit." Batin Leo menahan keinginannya.
"Sayang nya yang punya rumah nggak mungkin biarin gue di lepehin sama rumah lo. Bunda kan sayang gue." Aga menjulurkan lidahnya mengejek Leo.
"Dih dasar anak pungut."
Dengan kesal Leo turun dari kasurnya dan berjalan keluar dari kamar, hancur sudah rencana Leo untuk tidur lagi.
"Ona tunggu!" Aga berlari kecil mengejar Leo yang sudah duduk di teras dengan mata panda nya.
"Onaa.." Aga bersimpuh di depan gadis itu seperti anak kecil yang merengek kepada ibunya.
"Ada apa bayi besar?" Aga mengacak-acak rambut Aga kasar.
"Laper." Ujar Aga kemudian memanyunkan bibirnya. Nah kan, dia benar-benar seperti bayi.
"Bunda mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
Teen FictionCowok tampan dengan perawakan tinggi tapi pikiran nya ketuker sama anak TK, itu Aga. Kadang bisa jadi balita kadang bisa jadi monster.- Leo Cewek sengklekan berwajah bidadari itu namanya Leo, tapi gue lebih suka panggil Ona. Tomboy dan urakan, untun...