Leo berjalan santai memasuki kelas, seperti biasa. Tidak ada yang spesial kecuali harum kopi di pagi hari yang Aga buat. Sebenarnya mereka berdua berangkat bersama karena Aga menjemput Leo pagi-pagi sekali. Namun gadis itu memilih pergi ke toilet terlebih dahulu dibandingkan masuk ke kelas berbarengan dengan Aga.
"Pagi Ga." Ujar Leo sembari meletakkan tas nya di kursi.
"Pagi juga sayang." Aga tersenyum lebar sambil meletakkan segelas kopi di meja Leo.
"Nggak usah manggil kaya gitu kalau di sekolah."
"Berarti di luar sekolah boleh dong?"
"Nggak juga." Jawaban Leo membuat senyum Aga memudar berganti dengan raut muka sedih. Kenapa sih Leo tidak mau bermesraan seperti orang pacaran pada umumnya. Aga kan iri melihat interaksi antara Jeni dengan Fero, ia juga ingin uwu-uwuan.
"Kamu beneran sayang sama aku atau enggak sih Na?"
Pertanyaan itu langsung membuat Leo menghentikan aktivitas nya meniup-niup kopi. Ia meletakkan gelas yang ia pegang di meja. Menatap mata Aga intens.
"Menurut lo?"
Aga gelagapan, kenapa jadi dia yang harus menjawab. Kan Aga tidak tau perasaan Leo yang sebenarnya. "Nggak tau."
"Kenapa nggak tau? Apa sikap gue ke lo selama ini nggak cukup buat menjawab pertanyaan konyol lo itu?"
Aga memalingkan muka ke arah lain, kalau sudah begini ia harus jawab apa? Aga jadi bingung, karena sikap Leo selalu berubah-ubah. Kadang kelihatan sayang pada Aga, kadang pula terlihat acuh dan tidak perduli. Semuanya begitu manipulatif.
"Kalau lo masih ragu sama gue mending kita nggak usah ada ikatan Ga."
Aga terlonjak kaget. "Bukan gitu maksud aku Na, tapi-"
"Kopi satu Ga." Ujar Bima yang baru saja datang membawa gelas bekas aq*a yang ia simpan di laci nya. Memang biasanya pagi-pagi seperti ini Aga kebanjiran pesanan kopi, alias teman-teman di kelasnya yang meminta.
"Nih-nih bawa setermos-termos nya."
"Makasih Aga." Bima mencubit pipi Aga pelan sebagai tanda terima kasih.
Aga tidak memperdulikannya, ia memilih membalikkan badannya untuk berbicara lagi dengan Leo.
"Na?"
"Jangan ganggu gue!" Leo memalingkan mukanya ke arah tembok, memilih menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan nya. Hati nya terasa sakit saat Aga menanyakan hal yang seharusnya Aga juga sudah tahu jawaban nya. Apa Aga masih meragukan perasaan Leo terhadap nya? Apa selama ini Aga tidak menganggap bahwa Leo sangat menyayangi dirinya? Kenapa Aga masih ragu dengan semua yang telah terjadi diantara mereka? Pikiran Leo terus saja bertanya pada dirinya sendiri.
"Na dengerin aku dulu dong. Maksudnya bukan gitu."
"Na?" Aga menggoyang-goyangkan tubuh Leo pelan, tapi tetap saja Leo tidak bergeming.
Aga akhirnya diam saat seorang guru masuk di kelas mereka, melanjutkan pelajaran yang membuat Aga tambah pusing. Bagaimana dia bisa fokus saat Leo sedang marah begini, memang bodoh sekali, ia salah bicara.
Ia mengambil sesuatu dari dalam tas nya, menarik tangan Leo pelan. Meletakkan sebatang coklat favorit Leo. Aga menatap Leo dengan mata puppy eyes nya.
"Maafin Aga ya?"
Leo membuang nafas kasar, ia mengambil coklat itu santai. Melihat tatapan lucu dari Aga membuat nya tidak bisa lagi menahan senyum. Merobek asal pembungkus coklat itu lalu mematahkan sebagian isi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
Novela JuvenilCowok tampan dengan perawakan tinggi tapi pikiran nya ketuker sama anak TK, itu Aga. Kadang bisa jadi balita kadang bisa jadi monster.- Leo Cewek sengklekan berwajah bidadari itu namanya Leo, tapi gue lebih suka panggil Ona. Tomboy dan urakan, untun...