3. Dinner

525 31 0
                                    

Leo memarkirkan motornya di depan rumah, ia sengaja tidak memasukkan nya di dalam karena memang akan masih keluar. Ia berjalan sambil melihat sekitar, siapa tau bundanya ada di rumah sekarang, bisa gawat jika tau wajah Leo memar lagi. Dari yang memar sebelah kiri saja bisa jadi keduanya memar semua.

"Yes bunda nggak ada." Ia pun menyelinap masuk ke kamarnya. Namun baru saja memutar kenop pintu sebuah suara mengagetkan nya.

"Ona." Leo reflek menoleh ke arah suara. Alhasil Rafi bisa melihat wajah Leo yang sudah berbeda saat ia berangkat sekolah tadi. Ya, Ona adalah panggilan sayang Rafi pada Leo. Dan hanya Rafi lah yang bisa memanggil Leo dengan sebutan Ona, jika yang lain memanggil Leo dengan Ona maka ia pasti akan marah. Tapi itu tidak berlaku bagi kakak kesayangan Leo itu.

"Muka kamu kenap-" Leo langsung membekap mulut Rafi dengan tangannya.

"Ssttt..bunda ada nggak bang?" Bisik Leo.

"Afsjfveksj..."

"Hah? Ngomong apa?" Rafi menunjuk tangan Leo yang masih membekapnya."Eh iya lupa."

"Bunda nggak ada. Muka kamu kenapa sih Na bisa jadi kaya gitu. Jangan bilang kamu berantem lagi!"

"I iya bang, tapi jangan bilang bilang bunda ya. Ona janji nggak akan berantem berantem lagi deh." Rafi hanya memutar mata malas, sudah sering adiknya itu janji tapi selalu dilanggar.

"Tanpa abang bilang pun pasti bunda bakal tau."

"Please bang..bantuin Ona ya sembunyiin kejadian ini." Leo berjongkok di depan Rafi dengan mata berbinar. Kalau sudah begini siapa yang bisa nolak, Rafi tidak kuat jika Leo sudah memakai jurus andalannya itu.

"Okay abang bakal bantu kamu, tapi kalau bunda tau sendiri jangan salahin abang, dan satu lagi. Abang nggak suka Na kamu berantem nggak jelas kaya gini, abang nggak bisa liat kamu terluka lagi. Abang sadar Abang nggak bisa jaga kamu karena abang-"

"Ssttt..udah ya. Abang sebaiknya istirahat aja, emang masih ada kerjaan?"

"Udah selesai kok." Rafi tersenyum kecut, ia memang sudah menyelesaikan pekerjaan. Ia menjual jasanya apapun jika berkaitan dengan desain grafis. Itu memang keahliannya. Ada yang berminat membuat undangan pernikahan?

"Abang udah makan?" Rafi hanya menggeleng.

"Ih bunda suka lupa terus nyiapin abang makan. Ona ambilin dulu ya bang."

"Iya Na."

Rafi hanya tersenyum saat melihat adiknya begitu perhatian dengannya. Selalu mementingkan kepentingan dirinya dulu sebelum kepentingan dirinya sendiri. Itu memang dari dulu sejak kejadian itu. Kejadian yang menghancurkan separuh hidupnya. Mengorak- arik mimpi-mimpinya.

"Nih bang makan dulu." Leo meletakan sepiring nasi dan lauknya di pangkuan Rafi.

"Kamu nggak makan Na?"

"Ahh Ona nggak laper, lagian Ona udah telat bang. Nggak enak sama kak Rehan."

"Yaudah hati-hati ya berangkat nya. Jangan ngebut."

"Iya abang..." Leo mencubit kedua pipi Rafi dan langsung bergegas ke kamar untuk berganti pakaian.

**

Yummy Cafe

Cafe yang selalu ramai pengunjung setiap harinya, tak heran banyak yang berkerja disini termasuk Leo. Kebetulan ia kenal dengan pemilik cafe ini, namanya Rehan. Dia alumni SMA Bakti Mulia yang dulunya senior Leo. Usia mereka hanya berjarak 2 tahun. Berkat Rehan lah Leo bisa berkerja disini part time , sepulang sekolah sampai dengan jam 9 malam. Tapi walau begitu Rehan tetap mengaji Leo sama seperti pekerja full day lain nya. Bahkan Leo hanya masuk kerja Senin sampai dengan Jumat karena Rehan mengerti kesibukan Leo yang masih berstatus pelajar.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang