29. Sakit

149 8 0
                                    

Mata Leo masih setia terpejam walaupun jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Semalam ia pulang cukup larut karena ulah Luis yang menahannya untuk pulang. Untung saja tidak ada omelan yang begitu panjang dari bunda nya.

Dering telfon dari samping bantal nya akhirnya membuat mata sipit itu terbuka. Tangan nya dengan liar mencari benda pipih yang sering ia pegang. Ia mengamati layar dengan teliti, membaca nama yang terpampang jelas disana.

"Halo." Sambut Leo dengan suara malasnya. Pagi-pagi seperti ini tidak ada harapan untuk bisa lepas dari gangguan Aga. Masih mending ini hanya telfon, tidak tergolong gangguan langsung saat Aga tiba-tiba datang ke kamarnya.

"Onaaa...hiks..hiks.."

Suara rengekan dari seberang membuat Leo mengambil nafas dalam-dalam. Ia tidak mengerti, kali ini apalagi yang akan Aga bicarakan. Manusia itu terlalu random dan sulit ditebak.

"Hem?" Jawab Leo masih sambil menutup matanya.

"Sakit Na."

Leo spontan terduduk, ia mengusap wajah nya kasar. Ada apa lagi dengan pacar nya yang satu itu. Tunggu, memang nya siapa lagi pacar Leo?

"Lo kenapa Ga?"

"Ona aku udah nggak kuat."

"Jangan bikin khawatir! Lo kenapa?"

Terdengar tangisan Aga yang semakin kencang, Leo bingung ditengah rasa kantuknya yang masih menggelayuti. Ada apa dengan Aga? Pagi-pagi sudah menelfon Leo dan merintih kesakitan.

"Na..ini gimana?"

"Ya gimana apa Aga?!"

"Eek nya susah keluarrrr... Perut aku sakit Na."

Leo memijit pelipisnya pelan, ia tidak tau harus panik atau malah tertawa. Ternyata Aga sedang sembelit. Ia tau jika Aga sedang tersiksa sekarang, tapi membayangkan nya membuat Leo tidak bisa menahan tawanya sendiri.

"Lo habis makan apa bisa-bisanya sembelit?"

"Nggak tau, nggak inget."

"Coba usahain lagi."

"AAKHH...!! AYO KELUAR!!!"

"Ayo Aga semangat! Lo pasti bisa." Ujar Leo sembari menahan tawa agar tidak terdengar oleh Aga di seberang sana.

"AAKHHH!!"

"Nggak bisa Na, susah keluar nya."

"Perut aku sakit banget."

"Gimana dong Na?"

Leo melangkah pelan keluar dari kamarnya. Tujuannya adalah ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk membantunya untuk sadar 100% dari kantuk nya. Ia melirik sekilas bunda nya yang sedang mengiris ikan lele untuk di bumbui.

"Bun?"

Jihan menoleh ke arah anak perempuan satu-satunya di rumah bernuansa hijau itu. Ia mengangkat dagu guna mengetahui apa tujuan Leo memanggilnya.

"Obat sembelit apa?"

"Siapa yang sembelit?"

"Nih Aga." Tunjuk Leo pada hp yang sedang ia pegang.

"Banyakin makan pepaya aja biar lancar panggilan alam nya."

"Kata bunda suruh makan pepaya yang banyak."

"Aku bentar lagi ke rumah ya, nanti temenin cari pepaya."

"Oke." Leo menutup sambungan seluler itu secara sepihak tanpa menunggu balasan dari Aga. Paling setengah jam dari sekarang bocah TK itu sudah sampai dirumahnya. Leo tidak mau repot-repot memikirkan hal sesederhana itu.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang