17. Where is my phone?

117 7 0
                                    

Happy reading:)

"ONAAA!!"

"Bukain pintu nya!"

"Ona ayo kita ke rumah Jeni, dramanya di mulai besok loh."

"Onaa...bukaaa...pintunyaaa..."

"LEONA FAHIRA SASTRO ADMAJA!!"

"Ahh... bundaaa..." Aga berjalan gontai ke arah Jihan yang sedang menyelesaikan kostum kurcaci milik Aga, kata Aga kostumnya kebesaran, ia mau kostumnya pas di tumbuhnya agar besok terlihat keren.

"Bundaaa..." Aga berdiri di samping Jihan.

"Kenapa Naga?"

Aga hanya menghembuskan nafasnya pelan, sekarang bukan masalah Jihan lagi-lagi salah menyebut namanya. Tapi gara-gara Leo yang tak mau membuka pintu kamarnya sedetik pun, bahkan Aga panggil tidak di jawab, Aga Wa tidak di balas. Aga kan takut jika terjadi apa-apa dengan gadis itu. Sebelum jam 7 Aga sudah di rumah Leo, tapi sampai jam 7 lebih Leo tidak keluar dari kamarnya.

"Bunda tau umpan apa yang bisa bikin Ona keluar dari kamarnya?"

"Kamu belum dibukain pintu dari tadi?" Dan Aga hanya menggeleng kecewa sebagai jawabannya.

"Pancing aja pake daging, biasanya singa betina luluh sama daging." Ujar Rafi sambil mengunyah snack yang dibawakan Aga tadi.

"Masak iya sih bang?"

Rafi mengangkat bahunya acuh. "Coba aja."

"Udah nggak usah di dengerin Rafi, biar bunda aja yang manggil." Jihan bangkit dari duduknya dan berjalan santai ke arah kamar Leo. Aga hanya mengangguk-angguk dan mengikuti Jihan dari belakang.

"Leo keluar dong, kamu kenapa marah sama Aga?"

"Leo?" Jihan masih dengan sabar menggedor pintu kamar Leo pelan.

"Leo kalau kamu nggak keluar nanti bunda bakal-"

Ceklek... Pintu itu terbuka menampakan gadis berambut pendek dengan tatapan tajamnya. Ia sudah rapi dengan menenteng tas abu-abu gelap miliknya.

"Nah gitu dong. Masa harus bunda dulu yang manggil kamu biar kamu keluar sarang."

"Leo berangkat dulu ya bun, assalamualaikum." Leo menyalami tangan Jihan dan berlalu pergi.

Jihan dan Aga saling bertatapan, kenapa dengan Leo sebenarnya. Dia seperti ketempelan arwah zombie, tak ada senyum atau tatapan hangat, hanya ada wajah datar dan tubuh yang bergerak gontai.

"Wa- waallaikumsalam."

"Em..bun, Aga kayanya harus pergi deh." Aga mengangkat tangannya hendak menyalimi Jihan.

"Eh..iya iya iya."

"Assalamualaikum."

"Waallaikumsalam."

Jihan menatap kepergian Aga dan Leo dengan ekspresi bingung. "Itu dua anak kenapa ya?" Dia hanya tersenyum kecil, mengingat masa mudanya dulu dengan sang suami. Sayang sekali, semua itu tinggal kenangan saja.

"Ona!"

Gadis itu menghentikan langkahnya, ia menarik nafas panjang dan menggosokkan kedua telapak tangan nya.

"Lo berangkat bareng gue kan Na?" Tanya Aga.

"Terserah."

"Tumben lo langsung setuju?" Aga mencondongkan badannya ke arah Leo, membuat Leo menoleh ke arah Aga secara reflek.

"Ya mau gue nolak apa nggak pasti gue bakal bareng sama lo, palingan lo juga ngadu ke bunda."

"Hehe tau aja Na."

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang