26. Yang dirindukan telah datang

76 6 0
                                    

Aga merapikan rambutnya dengan sisir kecil yang ada di mobilnya. Tangannya meraih setangkai mawar merah yang baru saja ia petik dihalaman rumah nya tadi. Menghirup bunga itu dalam, bau wangi semerbak membuat Aga tersenyum girang.

"Ona pasti suka."

Ia beranjak dari mobil yang sudah terparkir di halaman rumah bernuansa hijau itu. Langkah nya santai namun penuh dengan semangat yang membara.

"Ona."

"Assalamualaikum."

"Selamat pagi semuanya."

Aga celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang di rumah itu. Kenapa sepi sekali? Ia menengok jam tangan yang bertengger di tangan kirinya, pukul 6 tepat. Pintu rumahnya saja sudah dibuka, lalu kenapa tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Eh Aga." Ujar Arin yang keluar dari kamar Leo. Dengan seragam yang sudah ia kenakan dan handuk yang masih ada di kepala nya, seperti nya gadis itu baru saja selesai keramas.

"Ona mana?"

"Tuh..." Tunjuk Arin menggunakan dagu nya.

Kepala Aga muncul di pintu kamar Leo, ia tertawa kecil saat melihat gadis yang ia cari masih dengan pulas nya tertidur di kasur.

"Belum bangun ternyata."

"Terus bunda mana?" Tanya Aga lagi pada Arin yang tengah mengoleskan krim pada wajah nya.

"Tante Jihan lagi masak di dapur, Jeni lagi mandi, bang Rafi masih tidur juga." Jawab Arin lengkap daripada Aga terus bertanya padanya.

"Ohh..." Aga hanya manggut-manggut. Ia kemudian duduk ditepian kasur. Mengamati sang pujaan nya tertidur dengan wajah polosnya. Matanya yang tetap indah walaupun terlelap, hidung nya yang mancung, dan bibir berwarna pink alami yang sedikit terbuka. Bagi Aga hal itu merupakan pemandangan yang sangat indah, bagaimana seorang Aga tidak jatuh cinta dengan makhluk secantik Leo.

"Onaaa.." Panggil Aga lembut. Ia sedikit menggoncang tumbuh gadis itu pelan.

"Na?"

"Ugghh..." Leo hanya mendengus dan kembali menarik selimutnya. Seperti nya ia masih mengantuk berat.

"Heh? Mau sekolah nggak?"

Leo sedikit membuka matanya. Ia berkedip beberapa kali. Melihat sosok didepannya yang tersenyum lebar seperti psikopat melihat mangsanya.

"Lo ngapain sih pagi-pagi kesini?" Tanya Leo ketus.

"Ya jemput kamu lah Na, emangnya kamu nggak sekolah?"

"Ck!" Leo terbangun dadi tidurnya, ia merubah posisi menjadi duduk. Benar juga kata Aga, ia harus sekolah. Walaupun badan nya masih terasa nyeri dimana-mana tapi ia harus beraktivitas seperti biasanya. Apalagi Minggu depan sudah harus masuk kerja lagi, artinya 4 hari dari sekarang.

"Minggir lo!" Leo berdiri dan melangkah mengambil handuk yang dikenakan Arin membuat gadis itu menjerit dengan suara cempreng khasnya.

"Aduh...aduh..Leo ini rambut gue ikut ketarik."

"Ya maaf." Ujar Leo tanpa rasa bersalah. Ia tertawa kecil saat melihat tatapan tajam dari Arin. Mana mungkin gadis itu berani meninjau Leo, walaupun di dalam hatinya ingin sekali melakukan hal itu. Kadang menyebalkan mempunyai teman seperti Leo ini.

"Yaudah cepetan katanya kamu mau mandi tadi, Jeni kayanya udah mau selesai mandinya." Titah Aga pada gadis berambut acak-acakan di depannya.

"Bawel!" Leo melangkah pergi, namun sebelum sempat melewati pintu ia berbalik menatap Aga, alisnya menyatu menandakan pikirannya sedang penuh pertanyaan.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang