27. Pembicara dari masa lalu

65 6 0
                                    

Mobil merah itu berhenti tepat di pekarangan rumah Leo. Tapi tidak ada yang turun dari mobil setelah 5 menit berlalu. Laki-laki itu menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah gadis di depannya.

Aga tersenyum hangat, rasanya damai saat melihat Leo tertidur dengan pulas. Ia tidak tega membangunkan Leo, seperti nya pacar nya itu kelelahan sampai-sampai tertidur di perjalanan pulang.

"Ona..Ona.."

"Kalau kamu tidur kaya gini kelihatan seperti princess. Tapi kalau bangun..." Aga menggeleng kecil sambil tertawa. Mengingat kelakuan Leo yang tidak bisa dibilang normal untuk ukuran gadis seumuran nya. "Jadi kaya singa."

"Kamu tadi pasti cemburu kan? Tapi nggak mau ngaku." Aga mengelus pelan pipi tirus Leo.

Tok..tok..

Aga menoleh ke samping kanan nya. Sudah terdapat Jihan yang berdiri tegap. Aga menurunkan kaca mobil nya dan tersenyum manis.

"Assalamualaikum bunda."

"Waallaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Hehe Ona nya masih tidur bun." Tunjuk Aga kearah Leo saat mengetahui apa maksud Jihan mengetuk kaca mobil nya.

"Bangunin aja Ga. Bunda mau keluar sebentar soal nya, mau nganterin jahitan nya Bu Endang. Gak ada yang jagain Rafi."

"Iya Bun siap."

"Yaudah bunda berangkat dulu ya."

"Mau Aga anterin bun?"

Tampak Jihan berpikir sejenak, lalu ia menggeleng sebagai jawaban. "Ah nggak usah, bunda jalan kaki aja. Sekalian bakar lemak biar gak gendut. Nanti kalau gendut bunda jadi gemesin, entar pak RT Mahmud jadi tergoda."

"Lumayan bun Ona sama bang Rafi dapet ayah baru." Ejek Aga.

"Kamu ini bisa aja." Jihan tertawa kecil sambil berlalu, melintasi jalan yang sedang sepi sore ini. Tidak terlihat ramai seperti biasanya. Mungkin karena sedikit mendung sehingga orang lebih memilih berada di rumah daripada tertimpa hujan.

Aga mengalihkan pandangannya pada Leo yang sudah membuka mata dan menatap Aga dengan mata tajamnya. Itu membuat Aga sedikit tersentak.

"Astaga Na ngagetin aja!"

"Maaf."

"Kamu masuk gih keburu hujan. Kata bunda suruh jagain bang Rafi. Bunda lagi nganterin jahitan ke rumah bu..." Aga menggaruk kepalanya karena tidak ingat ke rumah siapa tadi Jihan ingin pergi.

"Bu Endang." Jawab Leo.

"Nah iya Bu Endang. Eh kok kamu tau?"

Tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulut Leo. Hanya terdapat lengkungan tipis yang manis. Wajah Aga yang kebingungan membuat Leo tersenyum karena gemas.

"Na? Kok malah senyum sih."

"Tadi gue udah bangun."

"Se-sejak kapan?" Aga gelagapan, jangan-jangan Leo tau saat ia mengatai gadis itu seperti singa. Bisa jadi perkedel Aga jika hal itu terjadi.

"Baru aja, waktu bunda dateng."

Aga bisa bernafas lega. Setidaknya ia aman dari amukan Leo. Aga takut saja jika Leo tiba-tiba mencakar wajahnya, atau meninju nya atau malah mencium nya? Aga menggeleng cepat, apa yang dia pikirkan. Benar-benar tidak jelas.

Leo membuka pintu mobil merah itu dan berjalan pelan menuju rumah nya. Ia menengok ke belakang dan melihat Aga yang berjalan santai dengan memutar-mutar kunci mobil nye menggunakan jari telunjuk.

GERHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang