Happy reading:)
Aga memarkirkan mobilnya pelan di garasi yang bisa dibilang luas itu, jangan heran bukan hanya ada 1 atau 2 kendaraan saja yang berjejer disana.
Aga menghembuskan nafas pelan mengetahui mobil Mini Cooper berwarna pink itu ada di garasi, berarti mamanya kali ini ada di rumah. Maklum karena papa dan mama Aga memilih tinggal berdua di apartemen yang dekat dengan kantor mengingat betapa sibuknya papa Aga mengurus perusahaan, dan tentunya sang istri mengikuti suaminya. Walaupun begitu mereka sekali-kali berkumpul keluarga di rumah ini. Rumah luas bak istana yang hanya di tinggali 2 pemuda sebagai tuan rumah nya. Siapa lagi jika bukan Aga dan Rio.
"Ck, mama di rumah lagi. Bisa pingsan liat gue berdarah kaya gini. Ah kenapa pagi tadi gue nggak bawa jaket sih." Aga menatap nanar seragam nya yang terdapat noda merah yang mulai mencoklat itu.
Aga melirik jam tangan nya yang menunjukkan pukul 20.09 , ia berjalan pelan tanpa menimbulkan suara. Semoga saja mamanya sudah tidur. Semoga. Ia menaiki anak tangga yang menuju kamar nya di lantai 2. Tapi sialnya panggilan itu menghentikan langkahnya Aga.
"Baru pulang baby boy? Dari mana?" Suara lembut khas Vina seperti sengatan lebah di telinga Aga.
"Main di rumah temen Ma, Aga capek mau cepet mandi dulu." Tanpa menoleh Aga dengan buru-buru menaiki tangga dan berharap cepat sampai kamarnya. Tapi sepertinya Dewi Fortuna tidak memberkati Aga. Rio tiba-tiba muncul dan menuruni tangga yang sama seperti tangga yang di naikin Aga.
"ASTAGA!! ITU KENAPA MY LITTLE BROTHER?"
"MAMA AGA BERDARAH!!" Teriaknya sambil wajah panik melihat bekas noda di seragam Aga, fyi Rio itu takut sama yang namanya darah.
"BANGSULL!! Napa gue punya kakak kaya dia!" Geram Aga. Sudah susah payah ia tutupi tapi dengan kurang ajar Rio membukanya.
"Ada ap-"
"ASTAGFIRULLAH!! Anak mama kenapa ini?! Aga kok bisa jadi kaya gini gimana?!"
"Huft..huft..jangan pingsan jangan pingsan." Vina menyemangati dirinya sendiri.
"Ya ampun ini darah, darah!!" Vina memekik panik.
Aga hanya diam pasrah, hal ini yang sudah terbayang kini benar-benar terjadi.
"Rio!! Panggil ambulance cepet!!"
"Iya mah. Ambulance ambulance!! Oyy.. ambulance." Rio berteriak memanggil ambulan.
"Bukan di panggil pakai mulut Rio! DI TELFON!!" Vina emosi dengan anaknya yang satu itu.
"Handphone Rio di kamar mah, Rio ambil dulu."
"Kelamaan! Kita gass ke rumah sakit aja sendiri. Siapin mobil ayo!" Vina menarik tangan Aga dan sialnya Aga tak bisa berbuat apa-apa lagi jika Vina yang berkehendak.
**
"Pagi Rin, Jen." Ujar Leo menyapa kedua sahabatnya itu.
"Morning too Leo." Ujar mereka bersama.
"Hem." Leo hanya berdehem dan memposisikan diri di tempat nya, pojok kelas.
Tingg!!
Ponsel Leo yang belum di silent berbunyi. Ia membaca pesan singkat yang baru saja Aga kirim kan.
Aga
Leo 😭😭Sorry this morning gue nggak bisa bawain kopi 😩. Gue juga izin nggak masuk sekolah, nanti bilangan gue sakit ya kalo di absen.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
Roman pour AdolescentsCowok tampan dengan perawakan tinggi tapi pikiran nya ketuker sama anak TK, itu Aga. Kadang bisa jadi balita kadang bisa jadi monster.- Leo Cewek sengklekan berwajah bidadari itu namanya Leo, tapi gue lebih suka panggil Ona. Tomboy dan urakan, untun...