Aga berjalan riang di samping Leo, tangan nya terlihat membawa kardus berisi kostum untuk praktek mereka pagi ini.
"Ona tungguin dong, berat ini."
Leo berbalik menemukan Aga yang kesusahan membawa kostum dan atributnya. Ia hanya menggeleng sambil tersenyum, salah siapa juga yang sok-sok an tidak ingin di bantu.
"Makanya jangan sok bisa." Leo mengambil sebagian kostum dan membawa nya santai. Aga tadi pagi-pagi sekali sudah sampai di rumah Leo, ya..mereka berangkat bersama dengan mobil Aga karena kemauan Aga. Katanya Leo bakal kesusahan membawa kostum jika naik motor.
"Gue cuma nggak mau lo kesusahan Ona. Masak gue tega biarin orang yang gue sayang susah, gue kan sayang sama lo. "
"Gue juga Ga." Ujar Leo tersenyum kemudian berlari kecil meninggalkan Aga.
"What?" Aga terdiam seperti patung ditengah koridor. Ia masih tak percaya apa yang ia dengar beberapa detik lalu. Apa ini mimpi?
"ONAA...TUNGGUIN AGAA..." Aga berlari girang menuju kelasnya. Tak perduli beberapa pasang mata yang melihat nya aneh. Aga sedang gembira sekarang, sedang gembiraaaa...
Sesampainya di kelas Aga langsung duduk di tempat nya, ia menatap Leo dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.
Leo melirik Aga sekilas. "Ngapain lo liatin gue kaya gitu?"
"Nggak papa, emang nggak boleh ngeliatin orang yang kita sayang?"
"Ck apaan sih Ga." Leo mendorong wajah Aga menjauh, terlihat ia menahan senyum nya keluar.
"Ona gue takut." Ujar Aga sambil memainkan jari-jari tangan Leo yang mungil baginya.
"Takut kenapa?" Leo menyangga dagunya dengan tangan kiri karena tangan kanan nya entah Aga apakan, ditarik pelan, di pencet-pencet, di elus-elus, ah..entah lah apa maksud dan tujuannya.
"Nanti kalau gue salah waktu ngomong dialog nya gimana? Gue malu dong."
"Yaelah lo jadi kurcaci mah gampang, gue nih jadi penyihir nya. Mana dialog nya banyak."
"Coba gue mau dengar sekali Na, suka banget gue suara lo di lembut-lembutin." Goda Aga mencolek dagu Leo.
"Ohh cermin ajaib, siapakah wanita paling cantik di dunia ini?" Ujar Leo memperagakan peran yang ia bawa.
"Leona." Jawab Aga menatap Leo tulus.
"Hah?"
"Lo wanita paling cantik di dunia ini Ona."
"Ahh..se serius?"
"Apa muka gue kelihatan bohong? Enggak kan?"
"Bangun putri!! Jangan pergi meninggalkan ku, tidak kau harus bangun. Tidakkk!!!!!" Suara menggelar itu mengalihkan atensi kedua orang di pojokan itu. Ternyata itu Fero yang tengah menghafal dialognya.
"Putri kau tidak boleh mati, pangeran tampan sudah datang." Reno yang dari tadi sudah di kelas pun ikut menimbrung sebagai kurcaci.
"Aiihh...berisik banget ni kelas sumpah." Bima menutup telinganya saat Fero masih sibuk mengoceh di sampingnya. Ia sedikit menyesal mau berangkat bersama Fero pagi ini jika tau gendang telinganya sedang dalam masalah.
"Hihi..kasian Bima." Aga tertawa geli.
"Napa?! Lo ngetawain gue?" Bima berkacak pinggang setelah sampai di samping Aga. "Nggak tau apa telinga gue udah sakit dari berangkat tadi. Di jalan ngoceh, di sekolah ngoceh."
"Gitu-gitu juga temen lo kan Bim?" Tanya Leo membuat Bima memutar matanya malas. Ia duduk di depan Leo yang seharusnya ada Arin disana, lagipula yang punya belum datang, jadi tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANA
Teen FictionCowok tampan dengan perawakan tinggi tapi pikiran nya ketuker sama anak TK, itu Aga. Kadang bisa jadi balita kadang bisa jadi monster.- Leo Cewek sengklekan berwajah bidadari itu namanya Leo, tapi gue lebih suka panggil Ona. Tomboy dan urakan, untun...