PART 1 (1.3)

1.8K 1.7K 290
                                    

30 Desember 2016

Aku menemani bapak yang sibuk membersihkan rumput di samping rumah. Senyumnya sangat ceria, ia mencangkul dengan segenap tenaga yang dimilikinya. "Minum dulu, Mas," pinta ibu pada bapak.

"Are, tolong suapin Bapak," pinta Bapak padaku.

"Oalah, kamu bisa sendiri, Mas. Masih saja manja sama anak kamu," ucap ibu mengomeli bapak.

"Tidak apa, Bu. Biar aku ambilin," balasku mengalah. Bapak tersenyum seakan berhasil memenangkan pertarungan di antara dirinya dan ibu.

"Aku menang, Ditaaa ...," balas bapak ketika ia selesai meneguk minuman pemberianku.

"Apa?" tanya ibu meminta bapak mengulang ucapannya.

"Aku kalah, maksudnya," ralat bapak cepat. "Ibu kamu gitu, gak suka dibilang kalah," bisik bapak di telingaku.

"Bu, kata Bapak, Ibu gak mau dibilang kalah," ucapku mengadu pada ibu.

Bapak langsung melemparku dengan rumput yang barusan dibersihkannya. "Oh gitu, Mas?" balas ibu sambil menjewer telinga bapak.

"Tidak, kok, kamu menang, selalu menang sampai kiamat datang ...," kelakar bapak dengan bibir tertekuk.

Setelah selesai menerima omelan dari ibu, aku dan bapak duduk di bawah pohon rambutan. Kami memandangi langit yang begitu cerah hari ini. "Are, kamu suka bulan atau bintang?" tanya bapak tiba-tiba.

Aku yang duduk di samping bapak, ikut menatap ke mana tatapannya berlabuh. "Ini masih sore, Pak. Belum ada bintang atau bulan," cetusku.

Bapak mengusap kepalaku, ia tersenyum ramah padaku. "Iya ya, salah nanya nih, Bapak."

Aku hanya tersenyum tipis di sampingnya. "Emang Bapak sukanya apa?" tanyaku balik.

"Bulan," balas bapak jauh. "Setiap melihat bulan, Bapak selalu ingat kamu dan ibu ... tapi bapak tidak ingin menjadi bintang atau bulan, bapak akan memilih menjadi langit yang selalu menjaga kamu dan ibu," balasnya tulus.

"Aku tidak ingin menjadi bulan, Pak. Bulan itu terlalu menyedihkan," batinku. "Bila aku bisa meminta, aku hanya ingin selalu berada di samping, Bapak, itu saja."

"Kamu tidak perlu jadi apa-apa, Are ... cukup tersenyum saja, kamu sudah bisa menjadi hal yang paling membahagiakan untuk Bapak," ujar bapak laiknya mendengar bisikanku. "Tidak usah takut, Nak. Dunia ini tak perlu kau nikmati seorang diri. Bapak akan selalu ada di sampingmu, menjagamu seperti langit yang memelukmu."


Silakan Tunggu Part 2 yah 💝

Garis Rasa (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang