Kita punya keinginan, tapi keadaan punya kenyataan.
•••
Paginya, Karina terbangun dengan rasa pusing yang menerjang kepalanya. Gadis itu lalu berjalan dengan tertatih keluar dari kamar. Ruangan itu sunyi bak kuburan, tak ada seorangpun selain dirinya. Bahkan sosok Damian pun ia tidak melihatnya, sebenarnya apa yang terjadi kemarin sampai ia bangun dengan keadaan seperti ini.
Karina benar-benar lupa tentang kejadian kemarin, ia hanya mengingat bahwa ia dan Damian berpergian bersama Sharen dan Nick, setelahnya ia tidak mengingatnya lagi.
Karina lalu duduk termenung seraya menatap kosong ke arah depan. Kepalanya berputar, berusaha mengingat kejadian kemarin, tetapi percuma saja ia tidak bisa. Suara pintu terbuka membuat fokus Karina teralihkan. Ternyata orang itu adalah Sharen.
Sharen masuk dengan membawa beberapa kantong plastik berisi makanan dan minuman. Ia lalu berjalan kearah Karina dan meletakan barang-barang itu di atas meja, lalu ikut duduk dengan Karina.
"Sharen, sebenarnya apa yang terjadi padaku kemarin?" Karina mulai mengajukan pertanyaan.
Sharen yang sedang mengeluarkan kotak Styrofoam pun terpaksa berhenti, ia lalu menatap ke arah gadis itu. "Tidak ada, kau hanya pingsan saja," alibinya. Sebab ia tidak mungkin memberitahu Karina tentang insiden kemarin, bukan karena apa, hanya saja Karina akan bertanya terus menerus.
"Pingsan? Bagaimana sampai aku bisa pingsan?" Karina mengernyit heran.
Sharen melihat Karina sekilas. "Kemarin kau lupa makan siang membuatmu jatuh pingsan. Untung saja aku dan Nick masih ada di apartemenmu, jika tidak maka sudah ku pastikan kau akan sekarat di lantai."
Karina berdehem panjang sambil mengangguk mengerti. "Lalu dimana Damian? Aku tidak melihatnya."
"Aku tidak tahu pria hantu itu dimana. Apa kau merindukannya? Atau ka–" ucapan Sharen terhenti ketika ponselnya berdering. Ia lalu melihatnya. Nick, pria itu sedang meneleponnya. Sharen lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Aku sedang berada di apartement. Iya nanti aku akan ke sana!" ujar Sharen dengan berjalan ke arah jendela. Karina hanya mengangkat bahu tidak acuh, membiarkan Sharen yang sedang menelpon dengan Nick.
"Damian," lirih Karina. Entahlah ia merasa merindukan sosok hantu menyebalkan itu.
"Aku segera ke sana. Iya-iya, tunggu aku beberapa menit lagi!" Panggilan terputus.
"Aku sudah membelimu makanan, kau tinggal memakannya saja, Karina. Dan maaf aku tidak bisa lama-lama disini," kata Sharen pada Karina.
Karina mengangguk menyetujui.
Setelah Sharen keluar dari apartemennya, Karina lalu bergegas membersihkan diri. Lima belas menit kemudian ia keluar setelah selesai membersihkan diri. Karina duduk termenung di balkon kamar sambil menatap senduh keluar. Ia sudah tidak lagi berselera untuk makan.
"Damian," lirih Karina.
"Hm?"
Karina tercekat saat seseorang menyahutinya. Suara itu, iya suara Damian yang selalu ia rindukan, Karina menatap sekeliling kamar. Kosong. Mana mungkin ia ada sini, apa ini hanyalah halusinasinya saja?
"Kau tidak berhalusinasi, bodoh!" Bayangan hitam milik Damian langsung muncul di tembok.
"Kau dari mana saja?" tanya Karina sambil menatap bayangan itu.
"Memangnya kenapa? Apa kau merindukanku, hmm?" Damian mengajukan pertanyaan balik dengan nada menyebalkan.
Karina melotot tidak percaya, ia bilang apa tadi? Merindukannya? Rasanya Karina ingin mencakar wajah hantu itu. Ia menghembuskan napas lelah. Terserah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Dangerous [HIATUS]
HorrorKarina Bakhri, gadis yang baru pindah tempat kerjanya di New York itu tidak menyangka bahwa apartemen yang ia tempati ternyata berhantu. Pantas saja para tetangga bergidik ngeri saat tahu Karina menempati apartemen itu. Tetapi, ia sama sekali tidak...