BAB III

1K 119 4
                                    

"Jangan terlalu berharap pada orang yang benar-benar tidak mencintai kita."

•••

Kring! kring! Kring!

Bunyi alarm terdengar tiba-tiba. Namun, Karina enggan untuk membukakan kedua matanya. Ia masih bergelut nyaman dengan tidurnya bergerak kesana dan kemari tidak menghiraukan suara alarm yang terus saja berdering. Hingga ia melupakan hari ini adalah hari pertama masuk kerja.

PRAKK!

Bunyi benda pecah membuat Karina serempak terbangun dan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, sesekali ia menguap dengan mengaruk kepalanya. Matanya masih saja mengerjab, pandangannya menatap samping kanan ranjang tepatnya ke lantai, jam weker kesayangannya yang ia bawa dari Indonesia sudah hancur begitu saja.

“Dasar hantu perusak barang,” gerutu Karina kesal.

Sepertinya mungkin sehabis ia pulang dari kantor akan mampir sebentar ke toko perlengkapan jam untuk—tunggu, kantor? Pupil mata Karina melebar seketika membuatnya cepat-cepat mencari ponselnya dan menyalakan daya on pada ponselnya.

06 : 50 AM.

“Oh, shit!” umpat Karina lalu bergegas menyingkirkan selimut dan turun dari ranjang langsung berlari menuju kamar mandi. Ia tidak membersihkan diri dengan benar dilihat saja baru sepuluh menit yang lalu ia masuk dan kemudian keluar

Karina dengan cekatan mengambil setelan formalnya kemudian memakainya. Ia tidak akan membuang-buang waktu saat ini karena prinsipnya, waktu adalah uang dan uang adalah waktu.

Tiga menit Karina gunakan untuk merapikan diri entah itu make up-nya atupun rambutnya. Gadis itu kemudian mengambil hils hitamnya dan ia kenakan, tidak lupa mengambil tas dan beberapa berkas-berkasnya lalu keluar dari kamar.

Gadis itu tidak peduli sama sekali dengan televisi yang sedang menyala dan ruangan yang begitu berantakan. Pasti ulah si hantu, batin Karina. Ah, bodoamat ia sudah terlambat sekarang.

Karina lalu keluar dari unit apartemennya dan menguncinya setelah itu bergegas turun ke lantai satu. Tujuannya cuman satu yaitu, Stone Company.

★★★

Tiga puluh menit kemudian taxi yang Karina tumpangi menepih di samping trotoar jalan. Gadis itu langsung membayar ongkosnya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada sang supir kemudian keluar dari mobil.

Karina menatap nanar gedung pencakar langit yang bertuliskan STONE COMPANY. Bahkan perusahaan yang dulu ia bekerja tidak setinggi dan sebesar ini. Ia masih tidak menyangka akan bekerja di gedung pencakar langit itu. Langkahnya sedikit di percepat sesekali ia melirik arlojinya, berjalan menuju kearah resepsionis untuk menanyakan dimana ruang derektur utama berada.

“Apakah anda sudah membuat janji terlebih dulu dengan beliau?” tanya sang resepsionis, February Collins.

Karina diam sejenak kemudian mengangguk. “Iya, saya sudah membuat janji dengan beliau.”

February menatap Karina dari bawah sampai atas dengan tatapan menilai. Tapi suara telepon berdering mengalihkan perhatiannya. Segera si resepsionis itu mengangkatnya.

“....”

“Yes, sir.

Hanya itu yang February ucapkan, kemudian terdengar telepon kembali diletakkan. Wanita itu mengarahkan pandangannya pada Karina. “Ruang CEO berada di lantai dua puluh tujuh. Anda bisa pergi sekarang dan tanyakan pada karyawan yang bertugas di lantai itu,” jelasnya.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang