BAB VII

889 116 8
                                    

Jangan pergi disaat hati ini sudah merasa nyaman bersamamu.

°°°

Karina mengernyit heran, ketika ia sudah berada di bilik apartemennya. Kondisi ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Tirai jendela sudah robek, kursi tergeletak dilantai, meja yang sudah terbalik dan yang lebih parahnya lagi saat gadis itu sudah didapur, ia menatap datar beberapa alat makan sudah menjadi pecahan beling. Tidak salah lagi pria hantu itu adalah dalang dibalik semua ini.

“Damian?" panggil Laura.

Hening, tidak ada jawaban sama sekali.

“Damian kau dimana?” tanya Karina seraya mencari keberadaan hantu itu. Untung saja lampu di ruangan itu menyala jadi Karina bisa leluasa mencari pria hantu itu.

“DAMIAN, KELUAR KAU KAPARAT! KAU HARUS BERTANGGUNG JA–” kalimat Karina terpotong oleh ucapan pria itu.

“DIAM!! SEKARANG KAU KELUAR DARI TEMPAT INI!” usir Damian dengan intonasi tinggi, membuat kening Karina berkerut binggung. Ada apa sebenarnya dengan pria hantu itu. Setahunya ia tidak membuat salah padanya.

“Pergi dari sini! Aku tidak suka berbagi tempat tinggal dengan jalang sepertimu!” kata Damian dengan menekan kata jalang.

Karina langsung saja melotot tajam. “K-k-kau mengatai aku jalang? Jaga ucapanmu itu brengsek. Aku bukan seo–”

“KAU TIDAK MENDENGAR KU? PERGI! SEBELUM AKU MEMBUNUHMU!!” usir Damian lagi. Karina langsung menghindar saat pria hantu itu melempar beberapa benda dari arah dapur ke arahnya. Entah itu pisau atau semacamnya.

“Hentikan! Aku tidak tahu apa salahku. Hingga membuatmu marah seperti ini,” kata Karina dan terus menghindar dari benda-benda yang menghantamnya.

Tetapi tunggu, apa mungkin pria itu marah saat ia melihat Karina dan Nick berpelukan? Apa jangan-jangan pria itu cemburu dan mengusirnya seperti ini? Sudah tidak bisa dijelaskan lagi, ini semua karena hal itu. Tapi, hei? Kenapa juga Damian cemburu, toh Kekasih saja bukan.

“Damian, kumohon hentikan! Kau bisa membuat tubuhku sakit jika kau melemparkan benda-benda itu.” Tubuh Karina terduduk dilantai dengan kepala menunduk. Dia sudah pasrahkan tubuhnya yang sudah mulai mengenai benda-benda yang Damian lempar itu.

“Apa kau cemburu saat kau melihat aku berpelukan dengan pria lain, Damian?” tanya Karina dan berhasil membuat aksi Damian berhenti.

“Kenapa kau diam? Apa benar kau cemburu?” tanya Karina lagi. Namun, pria itu masih belum menjawabnya.

Karina tersenyum getir. “Baiklah, jika itu mau mu. Aku akan pergi dari sini, sekarang juga.”

Ketika gadis itu ingin beranjak berdiri, ia seperti merasa ada sepasang tangan kekar yang menahannya hingga membuat Karina terduduk diatas pangkuan seseorang. Gadis itu tidak tinggal diam, ia berusaha agar bisa terlepas dari rengkuhan pria itu. Tetapi, pria itu seakan memeluknya lebih erat.

“Jangan pergi. Kumohon,” pinta Damian.
Karina tercekat. Ia menahan napasnya sesaat ketika Damian menggesek pipinya dengan pipi Karina. Gadis itu tidak melihat wujud aslinya, hanya hawa dingin yang ia rasakan saat ini.

“Aku kesepian disini. Aku tidak mempunyai teman. Selama tujuh bulan aku berada diruangan gelap ini. Banyak orang yang menempati ruangan ini sebelum dirimu. Tapi, aku membunuh mereka.”

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang