Prologue

3.3K 220 4
                                    

Panggil aja, Gege. Jangan Thor/Author!

Karina suka suasana seperti ini. Suasana malam dengan gemerlap lampu bangunan-bangunan pencakar langit sejauh mata memandang. Wanita dengan pakaian rumahan itu meletakkan kedua tangannya di pembatas balkon, menikmati angin malam yang berhembus lembut menerpa wajahnya sampai membuat rambut pendeknya berkibar sesaat.

Perempuan itu menghela napasnya, lelah sebab keberadaan hantu yang beberapa pekan ini tinggal satu ruangan dengannya tidak menampakkan diri. Karina sudah berkali-kali memanggil si hantu, Damian, namun tidak membuahkan hasil.

Apa hantu itu marah padanya karena kejadian kemarin?

Sungguh, Karina merasa bersalah karena ucapannya kemarin. Salahkan saja mulutnya yang spontan mengungkapkannya. Tapi, kan, memang benar, Karina tidak mungkin bersama hantu itu selamanya. Manusia dan jin tidak pernah bisa bersatu, hukum alam mutlak, tidak ada yang bisa melanggarnya. Tapi, Karina akan tetap meminta maaf kepada Damian sesudah hantu itu muncul kembali.

Rasanya sunyi kalau tidak mendengar suara menyebalkan Damian. Entahlah, jauh di lubuk hati Karina terasa ada yang kurang.

Apa mungkin ia mulai ada rasa ketertarikan pada Damian? Karina lekas menggeleng, menepis pertanyaan yang sempat terselip di pikirannya. Tidak. Mana mungkin ia menyukai jin. Ada-ada saja.

Dulu, Karina pernah membaca situs horor. Memang dirinya doyan membaca situs-situs berbau hal mistis seperti itu. Yang dimana situs tersebut menjelaskan bahwa ada salah satu permainan kuno dari Skotlandia yakni, Devil Face. Permainan gila yang dipercaya dapat memanggil hantu.

Awalnya Karina tidak sempat percaya, namun setelah ditelusuri lebih lanjut tentang Devil Face ia perlahan mulai percaya. Banyak orang yang telah mencoba permainan ini. Entah ada yang berhasil maupun tidak. Sebab bukan hanya permainan biasa, permainan ini mengorbankan nyawa orang yang memainkannya, ini yang Karina telusuri di situs tersebut.

Dan sekarang tidak ada salahnya Karina untuk mencoba permainan ini. Ia sudah memutuskan bahwa malam ini ia akan mencoba permainan tersebut agar dirinya bisa bertemu Damian dan bisa meminta maaf pada hantu itu tanpa mempedulikan bahaya ketika bermain permainan larangan tersebut.

Semoga saja Damian dapat dipanggil, mengingat betapa susahnya hantu itu datang ke sini.

Tidak ingin membuang-buang waktu, Karina bergegas masuk kedalam kamarnya. Mencari letak dimana ia menyimpan alat dan bahan untuk permainan yang akan ia mainkan.

Maka dari itu, ia mendorong dengan susah payah grand father's clock atau jam tinggi yang bisa berbunyi kedalam kamar mandi — tempat yang memang dikabarkan bisa melancarkan pemanggilan. Menaruhnya disamping nakas. Karina kembali ke kamarnya sebentar untuk mengambil dua belas lilin hitam yang ia simpan di laci nakas dekat tempat tidur. Sebelum pulang dari kafe tadi sore, ia sempat mampir ke toko untuk memesan dua barang penting itu.

Tidak lupa menyusun semua lilin hitam di atas nakas, berdampingan dengan grand father's clock, lalu menyalakannya satu-persatu.

Lampu kamar mandi dimatikan, Karina berdiri didepan nakas dengan pandangan menatap cermin dihadapannya. Menghembuskan napasnya sejenak sebelum menangkup kedua tangannya depan dada sambil memejamkan matanya.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang