BAB XIII

632 86 1
                                    

"Dan ternyata ucapanmu hanyalah
Sebuah ilusi yang sempat aku yakini."

•••

Flashback on :

Di sebuah rumah sakit ternama di kota New York, di ruang rawat nomor 203 VVIP seorang pria yang hampir tujuh bulan mengalami masa kritis tiba-tiba saja tubuhnya gementar, peluh membasahi wajahnya, tapi hal itu tidak membuatnya membukakan mata.

Wanita paruh baya yang sedang tertidur langsung bangun seketika saat ia merasakan ada pergerakan. Suzan menatap anaknya dengan tatapan khawatir, ia lalu mengambil ponsel miliknya kemudian menghubungi seseorang.

"Cepatlah datang kesini! Keadaan Damian semakin kritis." Panggilan terputus.

Tidak berselang beberapa menit, tubuh pria itu kembali normal. Bertepatan dengan itu pula pintu terbuka lebar dan masuk seorang Dokter, perawat dan juga Nick yang mengekorinya dari belakang.

Dokter Minha adalah seorang dokter yang menangani Damian. Wanita yang nampak masih muda itu mulai memakaikan tetoskopnya lalu memeriksa kondisi Damian.

"Bagaimana kondisinya, dok?" tanya Suzan ketika dokter Minha sudah selesai memeriksa keadaan anaknya.

Minha tersenyum penuh arti, ia melirik kesamping tepatnya kearah suster. Mereka saling menatap seakan sedang memberi isyarat lewat tatapan mata. Suster itu langsung mengangguk, ia melepaskan alat-alat di tubuh Damian hanya selang infus saja yang masih dikenakan pria itu.

"Bisakah anda ikut sebentar dengan saya, Mrs Stone? Ada hal penting yang harus saya beritahu kepada anda," kata dokter Minha.

Suzan mengangguk.

"Tolong jaga dia, Nick," pinta Suzan. Wanita itu langsung mengikuti langkah dua perawat itu keluar dengan wajah berseri bahagia.

Setelahnya hanya kesunyian mengisi ruangan itu. Nick menghela napasnya sebentar lalu duduk di kursi dengan menatap wajah kakaknya–Damian yang masih tertidur pulas. Nick kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi kekasihnya–Sharen.

"Kau dimana? Bisakah datang ke rumah sakit tempat Damian dirawat?" kata Nick ketika panggilan sudah terhubung.

"Aku sedang berada di appartement. Iya aku nanti akan kesana,” jawab Sharen diseberang sana.

"Cepatlah, jangan lama. Aku menunggumu, honey."

"Aku segera ke sana. Iya-iya, tunggu aku beberapa menit lagi!!" panggilan terputus secara sepihak. Nick meletakan kembali ponselnya di atas nakas.

"Astaga." Nick mengelus pelan dadanya saat ia berbalik dan mendapati seorang pria sudah duduk di atas bangsal dengan posisi melihatnya. Pria itu hanya diam tidak bersuara dengan ekspresi wajahnya yang dingin.

Nick tersenyum dalam hati, ah rupanya gadis itu berhasil melakukannya. "Kakak? Apa kamu masih mengenalku?"

Pria itu adalah Damian, ia masih belum mengeluarkan suaranya hanya menatap wajah Nick tanpa ekspresi membuat Nick menghela napasnya sebentar, ia sudah terbiasa seperti ini.

"Bagaimana keadaanmu? Apa perlu aku panggilkan Dokter?"

"Tidak!"

Singkat padat dan jelas adalah ciri khas seorang Damian Stone. Pria bertubuh atletis itu mengubah posisinya menjadi terlentang. Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka masuklah Sharen dengan membawa separsel buah-buahan.

Gadis itu berjalan masuk dengan tatapan yang masih mengarah ke arah brangker. Alisnya berkerut samar, apa benar ia adalah Damian? Sangat-sangat tampan sekarang, jika dilihat secara nyata seperti ini.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang