BAB XXVII

950 84 22
                                    

Sudah dua hari berlalu semenjak Fujio menyatakan perasaannya. Dan dua hari ini juga pria itu benar-benar membuktikan perkataannya, ia sering berkunjung ke apartemen Karina sekedar mengajak gadis itu makan siang ataupun malam. Selalu memberikan buket bunga dan lain sebagainya.

Hal itu membuat Karina yakin bahwa pernyataan cinta Fujio benar nyata. Pria itu tidak mengingkari janjinya. Tanpa sadar Bibir Karina melengkung keatas ketika mengingat kembali kejadian semalam. Fujio mengajaknya berkeliling taman hiburan dan juga ia diperlakukan dengan baik pula.

“Ms. Bakhri!”

Suara panggilan seseorang menyentak Karina dari lamunannya, lantas gadis itu menoleh kearah pintu, ia menelan pelan salivanya, jantungnya berdetak kencang. Sialan.

“Apa kau sudah tidak ingin bekerja lagi di kantorku ini?! Kenapa kau tidak menjawab panggilan dariku?!” tanya orang itu, menatap tajam Karina.

“Ma-maaf, sir,” kata Karina gugup.

“Cepat serahkan dokumen hasil keuangan!” perintahnya pada Karina.

“Baik, sir.” Karina mengambil dokumen berwarna merah lalu beranjak berdiri dan berjalan mengikuti orang itu sampai bosnya itu duduk di kursi kebesarannya.

“Letakan disitu!” katanya menunjuk meja kerjanya membuat Karina segera melaksanakan perintah.

“Saya pergi dulu–”

“Siapa yang menyuruhmu untuk pergi?” sosor pria berpakaian formal sambil menatap datar Karina.

Karina menelan susah salivanya. Damian ini selalu saja terlihat brengsek dimatanya. Selalu menyuruhnya ini itu sangat tidak masuk diakal memang. Bahkan sempat-sempatnya bosnya itu menyuruhnya untuk membeli makanan di restoran langganannya dan sialnya lagi tempat restoran yang dimaksud itu sangat-sangat jauh, butuh dua jam lebih baru bisa sampai.

“Apa kau sudah tidak bisa berbicara? Bisu? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?!” tanya Damian kesal.

Karina gelagapan, setiap kalimat yang keluar dari mulut Damian membuat Karina tidak bisa berkutik, aura pria itu terlalu besar. “Maaf, sir. Apa ada yang anda perlukan?”

“Tidak!” jawab Damian sambil membaca dokumen-dokumen penting dihadapannya itu tanpa menatap lawan bicara.

“Baiklah. Kalau begitu saya permisi.”

“Duduk!” kata Damian, menghentikan langkah Karina.

“Maaf?”

“Kubilang duduk!”

“Duduk?” ulang Karina, menatap binggung Damian. Maksudnya apa sih?

“Ya.”

Karina segera mendaratkan bokongnya di sofa. Sangat-sangat binggung dengan situasi yang ia alami sekarang.

“Siapa yang menyuruhmu untuk duduk di situ?” tanya Damian yang membuat Karina langsung menatapnya dengan tatapan heran. “Duduk di depanku! Sekarang!” lanjutnya, terdengar begitu tegas.

Tidak mau membuat Damian marah, Karina segera melaksanakan perintah. Ia duduk sambil menatap Damian yang serius dengan berkas-berkasnya. Pria itu sangatlah tampan sampai membuat Karina ingin rasanya menyentuh garis wajahnya yang begitu tegas.

“Kenapa kau melihatku seperti itu? Tertarik padaku?”

Karina membelalakkan matanya. Sialan, ia seperti tertangkap basah sedang menatap Damian penuh pesona. “Ti-tidak, sir. Maaf.”

Damian menatap sekilas gadis yang duduk didepannya itu dan membuka lembaran selanjutnya. Karina menatap sekeliling ruangan, pandangannya berhenti pada Damian. Jujur, kini jantung Karina berdegup kencang, ia menelan pelan salivanya Damian sangat-sangat tampan apalagi sinar matahari yang menembus jendela dan menerangi batang tubuh pria itu. Beuhh, bukan main dahh...

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang