BAB XXVI

494 47 0
                                    

Jika mencintaimu adalah ilusi, maka izinkan aku berimajinasi selamanya.

°°°

"Aku menyukaimu."

Hening, keadaan cukup senyap setelah Fujio berhasil melontarkan kata-kata yang mampu membuat Karina diam. Gadis itu menatap wajah Fujio lamat-lamat. Apa ia salah dengar?

"Menyukaiku?" ulang Karina, otaknya blank seketika.

Fujio mengangguk mantap. "Ya."

"Tapi kenapa? Maksudku, kita baru saja kenalan tiga hari, kenapa kau sudah jatuh cinta padaku?"

"Aku pun tidak tahu dengan perasaanku sendiri, Karina. Aku rasa aku menyukaimu, ah tidak. Aku mencintaimu, kau gadis yang unik bagiku. Dan itu membuatku tertarik."

Karina menghembuskan napasnya. "Apakah kau sungguh mencintaiku? Ataukah itu hanyalah sebuah rasa penasaran terhadapku? Jangan sepelekan kata cinta, Fujio. Jika kau tidak sanggup mempertanggungjawabkannya."

Fujio terdiam, keduanya masih menatap satu sama lain. Hingga akhirnya, terdengar Fujio menghela napas panjang. Pria asal Jepang itu lalu berkata, "Apa kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Jika iya maka sekarang aku berada diposisi itu."

"Jujur, aku pernah mencintai seseorang tanpa pernah mencoba mengutarakannya. Cinta terkadang aneh dan tidak masuk akal, Karina. Bahkan sepasang manusia tanpa ada komunikasi pun bisa saling mencintai. Terdengar mustahil, tapi memang benar adanya. Aku diam-diam mencintai orang itu tapi orang itu tidak ditakdirkan untukku, ia menikahi sahabatku sendiri, tanpa tahu kalau aku mati rasa dengan hal itu," kata Fujio lagi.

"Diam memang lebih baik, diam untuk lebih memperhatikan, diam untuk lebih banyak mendengarkan, atau diam untuk tidak mencampuri urusan orang lain juga ada baiknya. Tapi, tidak selamanya diam itu emas. Ada kala dimana berdiam diri itu tidak bisa mengubah kenyataan yang ada, diam itu tidak bisa menyelesaikan masalah, diam itu menyiksa, apalagi diam-diam memendam perasaan pada seseorang," sambungnya. Ia menyeruput sebentar ice lamon tea-nya. Menatap Karina yang terdiam ditempat.

Pria Jepang itu tersenyum tipis. "Beribu pertanyaan muncul dibenak ku, umpatan-umpatan memenuhi pikiranku seolah meneriaki betapa pengecutnya diriku. Sosokmu yang menarik membuatku selalu bertanya-tanya, Karina. Entahlah, aku tidak terlalu mengerti, bahkan dengan perasaanku saat ini, tapi jujur aku mencintaimu," tambah Fujio, menatap serius wajah Karina.

Sementara Karina terdiam, tidak menyangka akan mendengar Fujio yang berbicara panjang lebar tentang perasaannya itu. Ia berdehem sebentar sebelum bertanya, "Mengapa kau begitu mencintaiku? Apa ada alasan untuk bisa menjelaskannya?"

"Apa mencintai seseorang harus butuh penjelasan?" Bukannya menjawab malah Fujio balik melontarkan pertanyaan.

Karina diam sebentar, ia menghembuskan napasnya lalu berujar, "Maksudku aku perlu alasan mengapa kau jatuh cinta padaku, Fujio. Agar aku percaya ungkapan cintamu padaku. Padahal banyak wanita di luar sana yang cantik dariku, tapi kenapa kau memilihku? Tell me the reason, Fujio!"

"Reason?" Karina mengangguk. "Jika kau bertanya alasan mengapa aku jatuh cinta padamu jawabannya adalah aku tidak bisa menjabarkannya dengan pasti yang jelas rasa itu ada tanpa disadari," Fujio tersenyum tipis sebelum melanjutkan, "Aku tidak mempunyai alasan untuk mencintaimu, Karina. Bukankah cinta lebih membutuhkan pembuktian dari pada alasan?"

Karina masih saja diam, tidak mampu mengatakan apapun. Lidahnya keluh untuk mengeluarkan suara. Benar-benar tidak menyangka kalau Fujio mengungkapkan perasaan padannya.

"Kata orang cinta itu butuh alasan. Bagiku kasih sayang tidak perlu alasan untuk diutarakan karena datangnya dari hati bukan dari kata-kata," tambah Fujio lagi. "Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi..." Fujio mengengam punggung tangan Karina yang berada diatas meja, menatap tepat rentina gadis pujaannya itu.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang