BAB XI

741 89 14
                                    

Akupun manusia biasa, sama seperti yang lainnya. Jika aku tak bisa mengiklaskanmu, aku akan berusaha untuk membencimu. Mungkin ini memang keterlaluan tapi hanya ini satu-satunya cara, bukan?

- Teresa Alexis -

★★★


Sebuah mobil bermerek Lamborghini Aventador membelah padatnya aktivitas lalu lintas dengan kecepatan tinggi, tidak memperdulikan berbagai umpatan kasar yang dilontarkan pengendara lain saat mobil itu menerobos mereka.

“Cepatlah, Nick! Tambah kecepatannya!!” perintah Sharen dengan nada tinggi. Nick serempak menginjak pedal remnya saat lampu lalu lintas menjadi merah, membuat kepala Sharen hampir saja terbentur dasboard mobil.

Nick menoleh ke samping dengan tatapan tajam. “Shit! Bisakah kau tutup mulutmu? Aku sedari tadi sudah menambah kecepatannya. Kita tidak bisa menerobos lampu lalu lintas sekarang! Kau tidak lihat mobil polisi itu tadi mengejar mobil kita? Jadi, diam di tempat mu saja!” bentak Nick, kemudian ia melihat kaca spion mobil dan benar saja beberapa mobil polisi sedang berpatroli di belakang mereka.

Sharen mendengus kesal, tangganya terulur mengambil kotak berwarna hitam dan membukanya, lalu memeriksa kembali peralatan yang akan mereka gunakan untuk melakukan ritual eksotisme atau pengusiran hantu.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit, akhirnya mobil yang mereka kendarai kembali melesat pergi ketika lampu lalu lintas sudah kembali normal. Mereka berdua bergegas turun dan berlari masuk saat sudah tiba di sebuah gedung bertingkat tinggi tempat tinggal Karina.

Derap langkah kaki bergema di setiap lorong apartemen. Nick langsung mendobrak pintu milik apartemen Karina sebanyak tiga kali dan berhasil terbuka. Pandangan keduanya mengarah ke dalam ruangan yang tampak gelap itu sambil memasuki ruangan. Tanpa mereka sadari, ada sesosok makhluk yang sedang menatap mereka dengan tatapan tajam dalam kegelapan.

“Sepertinya lampu di ruangan ini tidak bisa menyala,” kata Nick saat ia mencoba menekan beberapakali saklar lampu. Namun, tetap saja tak bisa menyala, membuat pria tinggi itu langsung menyalakan senter dari ponselnya.

“Di mana gadis itu berada?” tanya Nick sambil mengarahkan senternya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak kosong itu.

“Dia ada di sekitar kita. Aku dapat merasakan energinya,” jawab Sharen seraya meletakan kotak hitam itu di atas meja dan membukanya lalu mengambil beberapa lilin dan menyalakannya. “Kita tidak bisa melakukan ritual itu sebelum menemukan Karina,” sambung Sharen.

Mereka berdua mulai melangkahkan kaki ke arah dapur, memeriksa setiap sudut ruangan, tapi tidak ada keberadaan Karina disana, membuat keduanya kembali melangkah ke ruang tamu. Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang menangis histeris berpadu dengan tawa cekikikan.

“Karina?” panggil Nick ketika ia menyorot senter itu kearah gadis yang berdiri membelakangi mereka.

“Jangan coba-coba untuk menyentuhnya, Nick!” cegah Sharen saat pria itu ingin menyentuh pundak sahabatnya. Nick sontak menoleh kebelakang, binggung. Sharen menutup matanya seakan ia sedang melihat beberapa kejadian masa lalu yang terjadi di ruangan itu.

“Ia bukan Karina, tapi roh jahat yang sedang merasukinya. Ia adalah salah satu korban pembunuhan beberapa bulan yang lalu. Tempat ini adalah tempat terjadinya peristiwa mengerikan itu, ia dibunuh oleh seseorang lalu digantung di dalam kamar mandi. Dan orang itu adalah Damian–kakakmu sendiri. Ia datang kesini untuk membalas dendamnya,” jeda sebentar, “Ia merasuki Karina sebab ia tahu bahwa Karina adalah gadis lemah, ia juga sedang menyembunyikan Damian dari jangkauan kita. Sekarang cepat lakukan ritual itu sebelum ia memakan jiwa Karina!”

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang