BAB XX

573 78 1
                                    

Sharen Maluta : Terkadang aku harus menutup mata dan juga telinga untuk menepis luka.

Karina Bakhri : Istirahat dulu, kecewa juga butuh jeda.

•••

Sharen menatap miris kepergian Nick yang mulai hilang dibalik tembok. Air mata sebening kristal sedari tadi sudah meluncur keluar dari kedua pelupuk indahnya. Dadanya terasa sesak, napasnya tersengal-sengal. Entah mengapa, dirinya seperti tidak rela akan kepergian Nick.

Perempuan itu lalu berdiri dan berjalan dengan tertatih menuju ke dalam unit apartemennya. Ia masih sesenggukan, tangannya menutup pelan pintu kamarnya lalu pergi menuju nakas dan mengambil ponselnya kemudian segera menghubungi sahabatnya, Karina.

“Ayo, cepatlah!” gumam Sharen tidak sabaran seraya menempel benda persegi panjang itu ditelinga-nya dengan mengigit kuat kuku-kuku jarinya.

The number you are calling is not active or out of range, please leave a voice message by pressing–”

“Shit!” umpat Sharen lalu menekan tombol unanswer. Lebih dari dua menit berlalu Sharen kembali menghubungi sahabatnya itu, tapi lagi-lagi layanan operator yang terdengar membuat dirinya langsung membantingkan ponsel itu ke atas ranjang seiring tubuhnya dibiarkan jatuh diatas kasur.

Sharen meramas kuat seprei ranjang lalu kembali terisak, jujur saja ini sangat menyakitkan. Nick sudah pergi meninggalkannya sendirian, tidak ada lagi cinta diantara keduanya. Sudah tidak ada yang menghiburnya dikala Sharen merasa bosan. Gadis itu menangis kesetanan tidak memperdulikan ranjangnya yang sudah basah akibat air matanya.

Bahkan, saat ia mengambil ponselnya. Ia berharap agar Nick menghubunginya sekarang. Tetapi, itu semua hanyalah angan-angannya saja. Pria itu tidak menghubunginya, jangankan menelponnya mengirim pesan singkat saja tidak ada.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan dari nomor yang tidak dikenal terpampang jelas dilayar ponsel Sharen. Gadis itu mengangkat kepalanya dengan wajah sebam lalu beralih mengambil benda persegi panjang itu. Tidak lam kemudian, tangannya gementar seraya meramas kuat benda keras itu dengan jantung kembali berdetak tidak karuan ditambah air matanya mengalir keluar.

Sebuah pesan yang ia tidak tahu dari siapa mengirimkannya sebuah foto yang memperlihatkan seorang pria yang tidak lain adalah Nick sedang mengandeng tangan seorang gadis cantik dengan tangan kanan Nick memegang sebuket bunga mawar merah. Secepat itukah Nick melupakan dirinya?

Sharen tertawa hambar, untuk apa ia sakit hati sekarang? Bukannya ini pilihannya? “Terkadang aku harus menutup mata dan juga telinga untuk menepis luka,” ujarnya lalu menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya.

Sharen duduk di ranjang, ia menghembuskan napasnya pelan. Biarkan saja seperti begini, semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu, yakinnya.

★★★

Karina menatap wajah Damian yang sedang menjelaskan tentang saham-saham yang beberapa minggu lagi akan dibangun. Pria itu nampak gagah perkasa secara alami kala kedua tangan kekar itu diletakan di atas meja dengan tatapan mata bak elangnya mampu menghunus lawan bicara, rahang kokoh dengan jakun yang naik turun saat Damian berbicara membuat Karina lagi-lagi terpesona. Sungguh karya Tuhan yang tiada duanya.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang