BAB XVI

622 76 11
                                    

NOTE : BAB REVISI

"Apa kau tahu?
Hal yang membuatku merasa bahagia adalah saat dimana aku mendengar suara rintihan, jeritan kesakitan dari dirimu."

°°°

Suara jeritan kesakitan memenuhi sebuah ruangan yang tampak begitu tamaran. Pukulan, teriakan bahkan isakan sudah terdengar di seluruh penjuru.

Mesin pemotong kayu itu perlahan mulai berhenti. Bau menyengat darah menusuk ke dalam indra penciuman semua orang didalam ruang bawah tanah.

Pria berkemeja putih dengan sedikit noda merah itu menyeringai ganjil sambil menatap wajah orang yang duduk di kursi hadapannya ity seiring jatuhnya alat pemotong kayu di genggamannya. Pria itu lalu menutup penglihatan orang dihadapannya dengan selembar kain.

Pria bengis itu menutup kedua matanya, menghirup rakus oksigen disekitar yang mulai bercampur dengan aroma darah. Aroma yang selama ini ia rindukan. Mundur kebelakang lalu duduk santai di kursi kebesarannya seraya menyeringai puas dari balik topeng seram berbentuk kepala kelinci yang ia kenakan.

Tangannya terulur mengambil botol vodka, membuka penyamarannya kemudian membuka penutup botol kemudian menegak sedikit dengan mengerang nikmat. Ah, ia sangat menyukai jika saat-saat seperti ini. Pandangan pria itu beralih ke arah pintu yang berbuka seiring dengan masuknya seorang pria bersetelan jas kantor.

“Bagaimana? Kau sudah puas berbicara dengannya?” tanya pria bertopeng sambil menatap datar orang disampingnya.

Pria yang baru masuk itu berjalan kearahnya lalu berdiri disamping bangku pria bertopeng itu. “Ya lumayan. Kau tahukan? Lama tidak bertemu dengannya membuatku sedikit rindu.”

Pria berkameja putih itu berdecih sinis lalu kembali memakai topengnya seraya berdiri sambil menggenggam botol vodka miliknya, berjalan ke arah orang yang sudah sekarat duduk di kursi dengan darah kental sedari tadi keluar dari sela-sela luka yang mengangga lebar. Pria itu mulai menuangkan sedikit air berkadar alkohol itu ke arah tangan orang yang sudah terputus dihadapannya membuat yang empunya memekik keras, menyakitkan.

Menungging sedikit agar ia bisa sejajar dengannya. Pria itu membukakan kain penutup mata lalu menatap tajam kearah orang dihadapannya dan mulai berkata sambil menamparnya cukup kuat. “Brenda Luxiana. Berani-beraninya kau menipuku dengan mengorupsi uang sebesar 1,2 miliar tanpa sepengetahuan ku?! Kau tidak akan aku maafkan!”

Brenda sudah menangis kencang, tamparan keras masih ia dapatkan belum lagi luka-luka di sekujur tubuhnya membuat wanita itu sudah tidak bisa berbuat apapun sekarang.

“HENTIKAN!” jerit Brenda membuat aksi pria itu berhenti.

Tetapi, hanya sesaat Brenda kembali dibuat tetakutan kala ia melihat pria gila itu sudah mengambil kembali belati tumpul miliknya sambil menyeringai sinis seiring langkah kakinya menuju Brenda berada.

“Apa kau mau tahu kegunaan dari benda ini?” tanya pria itu saat ia sudah berada dihadapan Brenda.

Brenda menggeleng kepala pelan, ia berani bersumpah badannya sangat sakit setengah mati, terasa mati rasa sekarang. “T-tidak, kumohon jangan lakukan itu padaku!”

Gelak tawa seketika terdengar nyaring. Jangan lakukan? Ia tidak akan melepaskan korbannya begitu saja. Enak saja main lepas. “Jangan lakukan katamu? Tidak akan aku lepaskan kau begitu saja sebelum kau mendapatkan balasan atas apa yang kau lakukan selama lebih tujuh bulan!”

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang