BAB X

840 80 3
                                    

Kita berdua akan belajar mencintai satu sama lain. Hingga sehabis habisnya(maut memisahkan) kita.

- Damian Demanafe -

★★★


Karina merasa sebuah hawa dingin mulai menyentuh kulitnya. Perlahan-lahan, gadis itu mulai membukakan matanya. Ternyata sosok Damian lah yang membangunkannya.

"Da-Damian?" gumamnya. Sosok Damian lalu beranjak berdiri dan bersandar di dinding kamar seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kenapa kamu lama sekali bangun? Aku sedari tadi membangunkan mu. Karena, kau terus saja meneriaki namaku, padahal kau dalam posisi tidur," kata Damian.

Karina tidak menggubrisnya, ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk seraya meraba seluruh tubuhnya yang sudah basah akibat keringat. "Aku hanya bermimpi. Tapi, kenapa mimpi itu terasa nyata?" tanyanya dalam hati. Pandangannya mengarah pada pria itu. "Sejak kapan aku disini, Damian? Bukannya aku-"

"Semalam aku melihatmu tidur sambil berjalan. Jadi aku memindahkan mu agar kamu bisa tidur dengan benar," jelas Damian memotong ucapan gadis itu.

Karina mengangguk tanda mengerti. "Damian, apa kamu marah padaku? Tentang kejadian beberapa minggu lalu?" tanya Karina.

Damian mengubah raut wajahnya menjadi datar. "Buat apa aku marah? Kamu bukan kekasihku, jadi aku tidak berhak marah padamu," kata Damian, berbohong. Sebenarnya, hatinya masih teriris kala ia mengingat perkataan gadis itu. Namun segera ia tepis kan. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sekarang kamu bangun dan mandi! Badanmu itu sangat bau."

Karina mendengus kesal, "Hiss, aku enggak bau ya?!" kilahnya seraya mengendus aroma tubuhnya. Dalam hatinya sekarang sudah lebih lega, setidaknya pria hantu itu tidak marah padanya.

Karina kemudian beranjak turun dan menuju kearah kamar mandi. Damian saat itu juga langsung menghilang. Lima belas menit gadis itu habiskan untuk membersihkan dirinya. Sempat langkah kakinya terhenti dan menoleh kearah sudut ruangan yang terdapat grandfather clock dan beberapa lilin bewarna hitam yang masih utuh.

'Benar apa kata ku, aku semalam sedang bermimpi. Toh, barang-barang yang aku beli saja masih ada,' gumam Karina dan langsung keluar.

Bau harum makanan langsung merasuk indra penciumannya saat ia sudah berada di dapur, kemudian ia menatap lekat sosok Damian yang sedang menata hidangan di atas meja. Terdapat satu porsi spaghetti serta segelas susu coklat hangat sudah ada hadapannya.

'Benar-benar tipe suami dan calon imam masa depan aku. Udah tampan, baik lagi.'

Damian mengangkat kepalanya seraya menatap tajam Karina. "Berhenti berpikir seperti itu!" timpal Damian saat ia membaca pikiran aneh gadis itu.

Karina menyengir kuda sambil menarik kursi untuk ia duduki. "Aku hanya mengatakan curhatan hati seorang gadis yang berkeinginan mendapatkan tipe calon seperti mu." Karina langsung melahap makanannya.

Damian memilih untuk diam saja, ia lalu mengambil tissue dan menyeka mulut Karina yang berlepotan karena saus itu. Karina langsung mematung sambil melihat bayangan hitam Damian.

"Kalau makan, jangan seperti anak kecil saja!" ucap Damian, kemudian menarik kembali tangannya.

Karina diam, ia merasa ada gejolak aneh dalam dirinya. Jantungnya berpacu hebat. Gadis itu sangat tersentuh dengan perlakuan Damian barusan. Oh tidak, jangan sampai ia mencintai Damian! Ia sudah berjanji untuk tidak mencintai pria hantu itu.

"Jangan melamun! Cepat habiskan makananmu, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," kata Damian, berhasil membuyarkan lamunannya.

"Ke mana? Ini masih pagi, aku tidak bersemangat kalau keluar apartemen pagi hari," jelas Karina seraya memakan makanannya.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang