BAB VI

983 101 0
                                    

"Apa kau tahu? Aku sedang dalam fase menikmati setiap penyesalan. Penyesalan yang tidak aku tahu bagaimana cara menghilangkannya"–Nicolas Stone.

"Biarkanlah seperti begini. Ikhlaskan saja yang telah pergi, semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu"–Karina Bakhri.

°°°

Pagi-pagi sekali, Karina bergegas ke kantor. Karena, hari ini akan ada meeting jam sembilan pagi. Gadis itu terus saja menatap layar komputernya dengan teliti. Memeriksa kembali data presentasi yang akan sebentar lagi ia sampaikan.

Pikiran Karina tiba-tiba saja terbayang pada kejadian tadi pagi. Saat ia sudah bersiap ke kantor, ia mendapatkan sesuatu hal yang aneh.

Keanehan Karina semakin menjadi, saat ia melangkahkan kakinya menuju arah dapur. Tepat di atas meja terdapat sepiring nasi goreng spesial dan ditambah telur dadar diatasnya.

Sempat gadis itu berpikir, siapa yang pagi-pagi sekali memasak? Setahunya tidak ada orang lain yang tinggal bersama dengannya. Tidak mungkin hantu pria itu yang memasaknya.

“Iya, aku yang memasaknya untukmu," kata pria hantu itu yang entah datang darimana. "Bagaimana, romantis 'kan?" tanya hantu itu.

Apa dia bilang? Romantis? Rasanya Karina ingin tertawa mendengar lolucon dari hantu itu, romantis kagak, ngakak iya. Tapi ia urungkan niatnya, mengingat hantu itu sudah berbaik hati memasak untuknya jadi mau tidak mau Karina terpaksa memakannya.

“Hey, siapa namamu kalau boleh tahu?” tanya Karina sambil mengunyah makanannya.

Hantu itu duduk disamping Karina, meskipun ia tidak melihatnya. Tetapi, yang Karina rasakan saat berdekatan dengan hantu itu, ia merasa hawa panas bercampur dingin. “Kau mau tahu siapa namaku?” tanya hantu itu balik.

Karina hanya mengangguk saja dan melanjutkan makanannya. “Damian, panggil saja aku itu.”

“Damian?” gumam Karina. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu, tapi dimana? Karina tidak ingat sama sekali. Sudahlah biarkan saja. Toh, nanti juga ia mengingatnya.

“Kau mau berangkat kerja?” tanya hantu yang bernama Damian itu. Karina hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Kalau begitu, aku ikut denganmu!” ucap Damian, membuat acara makan Karina terhenti sesaat.

“Tidak, kau tetap disini saja. Yang ada nanti kau menganggu aku!” tolak Karina. Gadis itu lalu berdiri, kemudian membawa piring kotor ke wastafel. “Aku titipkan apartemen ini padamu,” sambung Karina dan bergegas pergi. Skip!

Setelah dua jam Karina menunggu, akhirnya sekarang meeting itu langsungkan. Hampir lima jam lebih meeting berlangsung dan kini hanya Nick dan Karina saja yang masih dalam ruangan rapat. Setelah selesai Karina membereskan dokumen yang berserakan di meja. Gadis itu bergegas pergi, langkahnya terhenti saat Nick memanggil namanya. Langsung saja gadis itu berbalik.

"Apa masih ada jadwal selanjutnya?" tanya Nick.

Karina lalu melihat dokumen yang melampirkan jadwal atasannya. “Kalau sekarang anda free, pak. Nanti jam tiga sore ada pertemuan dengan klien dari Berlin menyangkut beberapa saham.”

Nick mengangguk tanda mengerti, sesaat kemudian ia tersenyum. Entah Karina tidak tahu apa maksud dari senyuman itu. "Apa kamu bisa menemani saya ke suatu tempat?"

Karina diam sejenak, ia tampak memikirkan pertanyaan dari Nick itu. Matanya tidak sengaja menangkap sosok hantu yang ia yakin itu Damian. Tapi ia tidak melihat dengan jelas hanya bayangan hitam saja yang ia lihat.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang