"Sudah di beri sakit hati malah masih tetap bertahan. Sebenarnya, aku ini setia atau bodoh?"
°°°
Damian memutar bola matanya seraya menopang dagunya dengan tangan lalu mendengus berat menatap keluar jendela, ia muak melihat dua sejoli yang sedari tadi bercengkrama bersama tanpa memperdulikan keberadaan dirinya.
“Bisakah kalian berdua berhenti?! Aku muak mendengar ocehan kalian yang tidak penting itu!" ujar Damian tanpa menatap ke depan seakan bangun-bangun tinggi diluar sana lebih menarik untuk dipandangi.
Berkat perkataan dari Damian membuat dua sejoli yang sedang duduk didepan langsung diam, tidak berani membuka suara.
“Ada apa denganmu, dude?” tanya Williyam seraya menatap bayangan pantulan Damian dari kaca spion mobil.
“Bukan urusanmu!” jawab Damian sinis, entah mengapa sekarang ini perasaannya sedang bercampur aduk antara cemburu dan muak.
“Dan kenapa kau membawa wanita ini ikut makan siang dengan kita, huh?” tanya Damian seraya melirik sinis wanita yang duduk disebelah Williyam.
Williyam tidak menjawab, ia seakan menganggap pertanyaan Damian hanyalah angin lalu.
“Sangat menyedihkan,” gumam Damian yang kembali menatap keluar jendela, bahkan tanpa sadar gumaman dari pria itu bisa didengar langsung oleh wanita didepan.
Karina, perempuan itu menunduk dalam. Dadanya terasa sesak menahan gejolak perih didalamnya saat mendengar gumaman dari pria itu seakan mengiris jantungnya, sakit.
Karina berusaha untuk tersenyum paksa. “Tolong turunkan aku sekarang, Alex!”
Williyam yang sedang mengendarai mobil pun dengan serempak menginjak pedal rem membuat mobil yang ditumpangi oleh dua orang berbeda jenis kelamin itu sedikit tersentak dengan aksi Williyam.
Williyam menoleh ke tempat duduk Karina dengan dahi mengerut tidak suka. “Kenapa? Apa kau tidak mau makan siang denganku?”
Karina mengeleng kepalanya cepat. “Ah, tidak maksudku–”
“Turunkan saja, Williyam!” potong Damian lalu menatap tajam Williyam dengan melipat kedua tangannya di depan dada. “Wanita sepertinya tidak tahu berterima kasih, sudah diberi tumpangan malah minta turun! Merepotkan saja!”
Karina menoleh ke arah jendela, dadanya kembali sesak. Tidak, ia tidak boleh menangis dihadapan pria yang tidak punya perasaan itu dan sialnya lagi Karina mencintainya. Karina kembali menatap wajah Williyam lalu berkata, “Sebaiknya aku turun saja sekarang dari pada harus mendengar perkataan yang membuat hatiku rasanya sesak.” Seraya membukakan pintu penumpang lalu keluar dan menutupnya kembali.
Karina sedikit menungging lalu menatap kedalam mobil. Ia memilih menatap wajah Williyam dari pada harus menatap pria yang sedang menatap dirinya tajam dibelakang kursi penumpang. “Lain kali baru kita berdua makan siang bersama, Alex. Terima kasih atas tumpangannya.” Karina kembali menegakkan tubuhnya.
Williyam menoleh ke depan, ia paham maksud perkataan dari teman kecilnya itu. “Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu, Karin, see you.” kaca jendela mobil penumpang perlahan tertutup lalu membunyikan klakson mobil dan melesat pergi meninggalkan Karina yang berdiri sendirian.
“Sesakit inikah jika sudah mencintai pria sepertimu, Damian?” gumam Karina pelan lalu menatap ke arah langit-langit yang jauh di atas sana, tidak sadar butiran air sebening kristal meluncur keluar dari pelupuk matanya. “Sudah diberi sakit hati malah masih tetap bertahan, sebenarnya aku ini setia atau bodoh?” pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Dangerous [HIATUS]
HorrorKarina Bakhri, gadis yang baru pindah tempat kerjanya di New York itu tidak menyangka bahwa apartemen yang ia tempati ternyata berhantu. Pantas saja para tetangga bergidik ngeri saat tahu Karina menempati apartemen itu. Tetapi, ia sama sekali tidak...