BAB XXII

671 75 5
                                    

"Sewajarnya saja, jangan terlalu larut dalam perasaanmu terhadap perlakuannya padamu. Sebab, kau tidak tahu bagaimana sifat aslinya"—Karina Bakhri.

•••

Sudah dua hari berlalu, semenjak kejadian itu Karina sudah tidak lagi bertemu dengan sahabatnya, Sharen. Dan dua hari belakangan ini pun ia jarang sekali melihat Damian sebab pria itu sedang mengurusi beberapa bisnis dengan Williyam di negara tetangga.

Karina menatap malas layar komputernya, ia melirik sebentar jam dinding ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:50 sore yang artinya sepuluh menit lagi waktu kerja selesai.

Gadis itu memilih untuk memainkan ponselnya sekedar menghabiskan waktu luang, semua pekerjaan sudah ia selesaikan beberapa saat yang lalu.

Gadis berbaju merah itu membukakan akun sosial media miliknya, ia sedikit tersenyum tipis kala akun sahabatnya muncul di berada Instagram. Gambar yang memperlihatkan dua orang berbeda jenis kelamin, Sharen dan Nick sedang tersenyum manis dengan latar belakangnya daerah pegunungan. Nampak keduanya sedang berlibur, mungkin.

Kemudian ia mulai memasukan kembali ponselnya kedalam tas saat waktu sudah menunjukkan pukul, 17:01 PM. Karina membereskan barang pribadinya lalu berlalu keluar.

Di dalam lift hanya diisi dirinya dan tiga wanita yang memang satu lantai dengannya. Awalnya ia tidak memperdulikan orang-orang di sampingnya sedang menggosip sesuatu. Namun, pendengarannya tidak sengaja menangkap nama orang yang paling ia kenali, Brenda.

“Kalian tahu, si wanita jalang itu tidak pernah datang lagi kesini,” kata salah satu diantara dua wanita itu.

“Oh ya? Aku juga melihatnya terakhir kali masuk kedalam ruangan Mr. Stone, setelah itu Brenda hilang kabar,” kompor teman sebelahnya.

“Aku curiga dengan Mr. Stone, menurut informasi beberapa karyawan selentingku mengatakan bahwa beliau pernah membunuh,” tambah wanita berbaju merah.

Karina diam, ia tidak menanggapi hanya menjadi pendengar setia. Apa katanya? Mr. Stone pembunuh? Tidak mungkin dan juga, Brenda. Karina baru ingat dengan temannya itu, kemana ia pergi? Selama makan dikantin ia tidak lagi melihat wajah Brenda. Apa benar yang dikatakan oleh wanita-wanita itu?

“Ssstt, tutup mulutmu Lusia. Kita masih di kantor, mitos beredar bahwa penglihatan dan pendengaran Mr. Stone ada dimana-mana. Kau tidak mau kalau beliau mendengarnya dan memecat kita, kan?”

Wanita yang bernama Lusia itu bergidik ngeri. Ia baru ingat mitos tentang bos mereka. Ia melirik gadis di samping mereka. “Oh hai! Kau Karina, kan? Sekretaris baru itu?” tanyanya.

“Iya, aku Karina. Ada masalah?” tanya Karina tersenyum ramah menatap lawan bicara.

“Tidak ada, hanya saja kau tahu issue yang beredar tentang hilangnya salah satu karyawan perusahaan ini?”

“Aku tidak tahu, maaf.”

Lusia mengangguk saja lalu kembali bercakap-cakap dengan rekan temannya. Karina menatap sekilas mereka lalu menatap ke arah atas pintu, masih dua lantai lagi sebelum sampai di lantai satu. Tidak lama kemudian, alat listrik itu berdenting dengan terbukanya pintu lift seiring keluarnya Karina.

★★★

Karina menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang lalu merentangkan kedua tangannya dengan pandangan menerawang jauh ke langit-langit ruangan.

Lima menit berlalu, Karina lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengambil sebuah benda elektronik dari laci nakas setelah itu menyadarkan punggung pada kepala ranjang, menyalakan layar laptop itu dan langsung menghubungi sahabatnya, Sharen.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang