BAB II

1K 120 0
                                    

"Aku tidak percaya, bahwa takdir akan mempertemukan kita secara tak sengaja."

•••

Kedua kaki Karina mulai memasuki ruangan yang tampak gelap itu. Ia kemudian meraba tembok disampingnya dan mencari saklar lampu. Setelah lampu menyala barulah Karina bisa melihat setiap sudut ruangan.

“Tidak terlalu buruk,” ujar Karina seraya menyeret kopernya menuju kamar tidur yang mungkin sebentar lagi akan menjadi miliknya. Gadis itu langsung mengangkat salah satu kopernya yang sedikit besar dengan sekuat tenaga dan meletakkannya di atas kasur berukuran queensize dan mulai membukanya.

Tangan mulusnya mulai mengeluarkan barang-barang seperti pakaian, sepatu serta make up lalu menyusunnya rapi didalam lemari yang berukuran besar itu. Tangannya kembali mengangkat koper yang satunya lagi dan mengambil berkas-berkas penting yang akan ia bawakan besok di perusahaan tempat kerja barunya itu dan meletakkannya di atas nakas.

Setelah barang-barang pribadinya sudah tersusun dengan rapih Karina lalu menuju ke arah dapur untuk memeriksa seperti apa dapurnya itu mengingat cacing yang didalam perutnya itu mulai berdemo untuk segera diisi.

Hais, berdebu. Mungkin udah lama tidak dipakai,pikir Karina.

Tangan Karina mulai memeriksa setiap nakas, mencari sesuatu yang berguna untuk membersihkan tempat yang berdebu. Ketika ia berhasil dapatkan apa yang ia cari barulah Karina membersihkan tempat itu. Setelah selesai Karina pergi menuju kamarnya dan kembali ke dapur dengan membawa dua bungkus mie goreng.

“Untung saja aku membawanya kalau tidak bisa mati kelaparan disini,” gumamnya sering menyalakan kompor gas.

Karina mulai memasak mie instan miliknya. Tidak perlu waktu yang lama, mie itu sudah siap di sajikan. Tetapi sebelum itu Karina meninggalkannya sebentar sebab dirinya baru mengingat bahwa beberapa ruangan belum dibersihkan. Mau tidak mau ia harus menyelesaikannya terlebih dahulu.

Kakinya mulai mengarah menuji sebuah ruangan berukuran 4 meter—tempat penyimpanan semua peralatan. Kemudian membukanya dan benar saja sudah tersedia berbagai peralatan pembersih ruangan. Tangannya mulai mengambil sapu dan alat pel. Setelah membersihkan ruangan itu Karina kembali melangkahkan kakinya lagi untuk membersihkan toilet. Pekerjaannya termakan waktu hampir empat puluh menit. Setelahnya ia kembali ke dapur dan keluar menuju depan televisi.

Karina lupa bahwa tirai jendelanya belum ia buka. Dengan gerakan malas ia hanya memakan sedikit makanannya dan berdiri untuk membukakan tirai jendela agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Kedua mata Karina melebar melihat pemandangan yang indah didepannya itu. Patung Liberty langsung terlihat dari atas sini dan matahari yang berada hampir di ufuk barat membuat langit sedikit bewarna jingga. Tapi setelah tirai itu di buka beberapa menit kemudian.

Prangg!

Bunyi benda jatuh dari arah dapur membuat Karina yang sedang menikmati ciptaan Tuhan itu tiba-tiba langsung terkejut dan sedikit berlari kearah dapur untuk melihat apa yang terjadi.

What the hell?!” pekik Karina dengan tatapan melongo tidak percaya dengan apa yang ia lihat didepan matanya itu.

Ada beberapa piring dan gelas sudah pecah dan tergeletak begitu saja di lantai itu. Siapa yang membuatnya? Apa ada tikus di apartemen ini? Langsung saja gadis itu berjongkok dan membersihkan pecahan beling itu dan membuangnya di tempat sampah. Ia kemudian kembali lagi kearah ruang santai dan akan melanjutkan makanan yang sempat tertunda tadi. Tatapi, ketika ia kembali tatapannya melongo lagi melihat tirai jendela yang tadi sempat terbuka sudah tertutup.

Mr. Dangerous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang